Rabu, 25 Maret 2015

Muatan Partikel


Muatan Partikel
Pada dasarnya, muatan partikel subatom biasanya dinyatakan sebagai muatan relatif terhadap muatan elektron (e). Seperti yang diketahui, muatan umumnya dinyatakan dalam satuan Coulumb. Karena muatan 1 elektron

Shalat merupakan Rukun Islam Teragung setelah Dua Kalimat Syahadat (asy-Syahadatain).



Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Islam dibangun di atas lima hal; Persaksian bahwa tiada Tuhan yang haq disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah; Mendirikan Shalat; Membayar zakat; Mengerjakan haji ke Baitullah dan berpuasa Ramadhan.” (Muttafaqun 'alaih)
Dari Abu Sa'id al-Khudry radhiyallahu ‘anhu bahwasanya tatkala Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam membagi-bagikan harta rampasan perang, ada seorang laki-laki berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, bertaqwalah engkau kepada Allah." Lalu beliau menjawab, "Celakalah engkau, bukankah aku adalah penduduk bumi yang paling berhak untuk bertakwa kepada Allah.?" Maka, Khalid bin al-Walid zpun berkata, "Biar aku penggal saja lehernya, wahai Rasulullah!" Beliau menjawab, "Tidak, semoga saja ia kelak melaksanakan shalat." (Muttafaqun 'alaih)

Salah satu karya sastra kuno dari Mesopotamia

Salah satu karya sastra kuno dari Mesopotamia adalah Epos Gilgames, rangkaian legenda dan puisi Sumeria bercerita tentang raja Uruk dan pahlawan Gilgames dianggap sebagai penguasa abad ke-30 SM. Epos Gilgames berkaitan dengan air bah, inti kisahnya berkisar pada hubungan antara seorang raja yang terpecah perhatiannya dan patah semangat dalam pemerintahannya. Seorang sahabat yang bernama Enkidu, dikenal agak liar dan berupaya melewati bahaya bersama Gilgames. Raja Gilgames menolak untuk menerima nasib sebagai manusia fana. Apakah dia sebenarnya tidak memiliki 2/3 dewa dan hanya 1/3 darah manusia? Lalu mengapa harus terpilih menjadi manusia fana padahal lebih besar unsur dewa pada dirinya? Gilgames berusaha untuk tetap muda dengan mengganggu pasangan pengantin baru dan bersikeras melakukan hubungan dengan pengantin wanita sebelum 'malam pertama' kedua mempelai. Kemudian suatu malam dia melihat visi yang dirasakan sebagai pertanda. Dia bergegas pergi menemui ibunya menceritakan apa yang terlihat. Selama semalam, setelah aku menjadi sehat, aku berjalan disekitar. Di tengah-tengah (malam) pertanda muncul. Sebuah bintang lebih besar dan lebih besar dilangit. Hasil karya Anu turun ke arahku! "Hasil karya Anu" yang turun dari langit jatuh ke Bumi didekatnya, Gilgames berhubungan langsung: Aku berusaha untuk mengangkatnya; itu terlalu berat bagiku.Aku berusaha mengguncangnya; aku tidak bisa bergerak atau menngangkatnya. Sementara ia mencoba untuk melepaskan objek yang tertanam dalam tanah, rakyat berdesak-desakan ke arah benda yang jatuh itu, para bangsawan memadati sekelilingnya. Objek jatuh ke Bumi ternyata dilihat banyak orang, seluruh rakyat Uruk dikumpulkan sekitarnya. Para pahlawan, Gilgames, orang-orang terkuat, kemudian berusaha mengusir benda yang jatuh dari langit. Gilgames, Raja Uruk Mencari Kehidupan Abadi Pemerintahan Gilgames berlangsung sekitar tahun 2700 SM hingga 2500 SM. Temuan artifak berkaitan dengan Agga dan Enmebaragesi dari Kish, dua raja lainnya yang disebut dalam epos ini, telah memberi kredibilitas keberadaan historis Gilgames. Epos ini lebih menceritakan perasaan kehilangan Gilgames setelah kematian Enkidu, dan sejarawan menyebutnya sebagai salah satu karya sastra pertama yang sangat menekankan keabadian. Para ahli Taurat kuno menceritakan epos dimana telah disebutkan: Hal rahasia telah dilihatnya; Apa yang tersembunyi pada manusia, dia menemukannya. Dia bahkan membawa kabar sebelum banjir besar; Dia juga mengambil perjalanan jauh, melelahkan dan dibawah kesulitan. Ia kembali, dan setelah usaha keras segala jerih payahnya terukir. Versi cerita epos Gilgames Sumeria dianggap tertua berasal dari masa Dinasti Ur tahun 2150 SM hingga 2000 SM. Kata bahasa Akkadia 'nagbu' diartikan sebagai 'kedalaman', juga diterjemahkan sebagai 'misteri yang tidak dikenal'. Menurut Andrew George, kata ini merujuk pada pengetahuan khusus yang dibawa Gilgames setelah perjumpaannya dengan Uta-napishti. Dia memperoleh pengetahuan tentang tanah Ea, ranah kosmik yang dianggap sebagai mata air hikmat. Tapi umumnya penafsir merasa bahwa Gilgames memberikan pengetahuan tentang bagaimana menyembah para dewata, mengapa kematian ditetapkan untuk manusia, apa yang menjadikan seseorang raja yang baik, dan hakikat sejati tentang bagaimana menjalani hidup yang baik. epos gilgames Tablet ke-11 menceritakan mitos air bah yang kebanyakan disalin dari Epos Atrahasis. Tablet ke-12 terkadang diperluas menambahkan epos untuk mewakili lanjutan dari tablet ke-11. Bagian tablet ke-12 mengandung inkonsistensi cerita mengejutkan, memperkenalkan Enkidu yang masih hidup, dan tidak banyak berkaitan dengan cerita tablet ke-11. Tablet ke-12 sebenarnya salinan yang mirip dari cerita yang sebelumnya, di mana Gilgames mengutus Enkidu untuk mencari benda miliknya dari Dunia Bawah. Enkidu akhirnya meninggal dunia dan kembali dalam bentuk roh untuk mengisahkan Dunia Bawah kepada Gilgames. Epos Gilgames Dalam 11 Tablet Sumeria Kuno Gilgames merasa bangga dan percaya diri, dia dikenal sebagai raja baik hati dan teliti, terlibat dalam tugas-tugas adat untuk menaikkan benteng kota atau menghiasi candi. Tetapi banyak pengetahuan yang diperoleh dari sejarah para dewa dan manusia, dirinya semakin merasa filosofis dan gelisah. Ditengah kesuksesannya, pikiran Gilgames mulai berubah 'Apakah dirinya memiliki 2/3 darah dewa, hidup selamanya karena jauh lebih banyak dari 1/3 darah manusia ditubuhnya, atau mungkin sepertiga menang dan membuatnya menjadi manusia fana yang akan menjemput kematian?' Berikut isi kesebelas tablet Sumeria kuno yang menceritakan epos Gilgames. Gilgames dari Dinasti Uruk, raja terbesar di muka bumi, keturunan dua pertiga dewa dan sepertiga manusia, adalah Raja dan Dewa terkuat yang pernah ada. Pada saat rakyatnya mengeluh bahwa dirinya terlalu kejam dan menyalahgunakan kekuasaan dengan tidur bersama perempuan-perempuan lain sebelum mereka ditiduri oleh suaminya, dewi penciptaan Aruru menciptakan manusia liar Enkidu yang sekaligus menjadi lawan setimpal dan juga menjadi pengganggu perhatiannya. Enkidu ditaklukkan oleh seorang imam perempuan yang juga sebagai pelacur kuil Shamhat. Enkidu menantang raja Gilgames, setelah melalui pertempuran hebat Gilgames meninggalkan perkelahian itu. Gilgames mengusulkan sebuah petualangan di Hutan Aras untuk membunuh roh jahat. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap berpetualang ke Hutan Aras, dengan dukungan banyak pihak termasuk dewa matahari, Shamash. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras. Sebagai teman yang tak terpisahkan, Gilgames mulai mengungkapkan kepada Enkidu ketakutannya akan nasib fana ini. Mendengar hal itu, mata Enkidu dipenuhi air mata, getir dan menghela napas, kemudian mengatakan kepada Gilgames bahwa ada cara untuk mengakali nasibnya dengan cara memaksa berjalan ke Abode, rahasia para Dewa. Abode of the Gods, ketika Enkidu berada di gunung cedar berhadapan dengan binatang buas dan dijaga oleh rakasa menakutkan bernama Huwawa. Tugas utama Huwawa adalah mencegah manusia memasuki Cedar Forest, penentuan Gilgames untuk mencapai tujuan utamanya. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, salah satu roh jahat atau monster penjaga pepohonan. Tetapi sebelum terjadi, Humbaba mengutuk mereka berdua dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena perbuatan ini. Lalu dia menebang pepohonan yang kemudian diapungkan sebagai rakit untuk kembali ke Dinasti Uruk. Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, Dewi Ishtar. Ishtar menjanjikannya kereta emas, sebuah istana megah, ketuhanan atas raja-raja dan pangeran lainnya. Tapi Gilgames menjawab 'tidak' dan menolak segala pemberian dewi. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual, tetapi kemudian Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng. epos Gilgames, Banteng Surgawi Gilgames dan Enkidu lupa semua tentang misi mereka, berlari menyelamtakan diri dari kejaran banteng Surgawi hingga kembali ke Uruk. Diluar tembok kota, Enkidu sendirian menahan banteng, ketika hewan itu mendengus, lubang di bumi terbuka cukup besar untuk menampung dua ratus orang. Enkidu jatuh ke salah satu lubang, Banteng Surga berbalik dan dengan cepat Enkidu memanjat keluar, hingga akhirnya dia berhasil menaklukkan banteng surgawi. Dewa tertinggi sedang mempertimbangkan keluhan Ishtar, dan dewa Anu berkata kepada Enlil, 'Karena Banteng Surga telah dibunuh, dan Huwawa juga telah dibunuh, mereka berdua harus mati'. Tapi Enlil berkata, 'Enkidu akan mati, biarkan Gilgames tetap hidup'. Lalu Shamash protes dan mengatakan, 'semua itu dilakukan dengan persetujuan-Nya, mengapa kemudian Enkidu yang tidak bersalah Enkidu harus mati?' Para dewa memutuskan bahwa seseorang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu, situasi ini menggenapi kutukan Humbaba dimana Enkidu kemudian jatuh sakit dan menggambarkan Dunia Bawah sementara dirinya terbaring sekarat. Menurut sejarawan, mereka menafsirkan hukuman Enkidu sebagai hukuman atas pembunuhan Humbaba. Gilgames meratapi Enkidu sambil menawarkan berbagai pemberian kepada para dewa agar mereka mau berjalan disisi Enkidu di dunia bawah. Gilgames berangkat mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir dahsyat, dia yang diberikan keabadian oleh para dewata dengan harapan bahwa dirinya dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan Alewyfe Siduri yang berusaha membujuk agar menghentikan perjalanannya. Alih-alih mengambil jalan darat yang keras, Gilgames berencana untuk menutup sebagian besar rute dengan perjalanan laut yang nyaman. Dia memilih sesorang dari lima puluh pemuda, pria lajang yang menemaninya dan Enkidu sekaligus menjadi pendayung perahu. Tugas pertama mereka adalah kembali ke hutan Uruk, dimana tempat pembuatan Kapal Mesir. Para pandai besi dari Uruk memberikan senjata yang kuat hingga akhirnya semua sudah siap, merekapun berlayar. Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi (juru kemudi) dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah. Setelah banyak bertanya tentang siapa dirinya, bagaimana dia datang kemari, dan ke mana dia pergi, dia beranggapan Urshanabi layak menjadi juru kemudi perahu. Menggunakan tongkat panjang, mereka menggerakkan rakit, perjalanan ini menempuh empat puluh lima hari menuju Til Mun, Tanah Kehidupan. Gilgames bertanya kemana arah selanjutnya, Urshanabi mengatakan bahwa dia harus mencapai gunung Mashu. Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, dia menceritakan kepadanya tentang air bah dahsyat dan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi. Dia mengatakan kepada Gilgames, jika dirinya dapat bertahan tak tidur selama enam hari dan tujuh malam maka dia akan abadi. Tetapi Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti setiap hari ketika dia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya. Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat didasar laut dan bahwa bila dia memperolehnya dan memakannya, maka dirinya akan menjadi muda kembali menjadi seorang pemuda. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi dia tidak segera memakannya karena ingin membagikan kepada para tetua Uruk lainnya. Gilgames menempatkan tanaman di tepi sebuah danau sementara dirinya mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular. Pada akhirnya, Gilgames gagal untuk yang kedua kalinya dan kembali ke Dinasti Uruk, ketika dia melihat dinding yang begitu besar dan kuat, dia memuji karya abadi manusia fana. Dalam epos Gilgames, dia menyadari bahwa cara makhluk fana mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.

Salah satu karya sastra kuno dari Mesopotamia adalah Epos Gilgames, rangkaian legenda dan puisi Sumeria bercerita tentang raja Uruk dan pahlawan Gilgames dianggap sebagai penguasa abad ke-30 SM. Epos Gilgames berkaitan dengan air bah, inti kisahnya berkisar pada hubungan antara seorang raja yang terpecah perhatiannya dan patah semangat dalam pemerintahannya. Seorang sahabat yang bernama Enkidu, dikenal agak liar dan berupaya melewati bahaya bersama Gilgames. 
Raja Gilgames menolak untuk menerima nasib sebagai manusia fana. Apakah dia sebenarnya tidak memiliki 2/3 dewa dan hanya 1/3 darah manusia? Lalu mengapa harus terpilih menjadi manusia fana padahal lebih besar unsur dewa pada dirinya? Gilgames berusaha untuk tetap muda dengan mengganggu pasangan pengantin baru dan bersikeras melakukan hubungan dengan pengantin wanita sebelum 'malam pertama' kedua mempelai. Kemudian suatu malam dia melihat visi yang dirasakan sebagai pertanda. Dia bergegas pergi menemui ibunya menceritakan apa yang terlihat.
Selama semalam, setelah aku menjadi sehat, aku berjalan disekitar. Di tengah-tengah (malam) pertanda muncul. Sebuah bintang lebih besar dan lebih besar dilangit. Hasil karya Anu turun ke arahku! "Hasil karya Anu" yang turun dari langit jatuh ke Bumi didekatnya, Gilgames berhubungan langsung: Aku berusaha untuk mengangkatnya; itu terlalu berat bagiku.Aku berusaha mengguncangnya; aku tidak bisa bergerak atau menngangkatnya.
Sementara ia mencoba untuk melepaskan objek yang tertanam dalam tanah, rakyat berdesak-desakan ke arah benda yang jatuh itu, para bangsawan memadati sekelilingnya. Objek jatuh ke Bumi ternyata dilihat banyak orang, seluruh rakyat Uruk dikumpulkan sekitarnya. Para pahlawan, Gilgames, orang-orang terkuat, kemudian berusaha mengusir benda yang jatuh dari langit.

Gilgames, Raja Uruk Mencari Kehidupan Abadi

Pemerintahan Gilgames berlangsung sekitar tahun 2700 SM hingga 2500 SM. Temuan artifak berkaitan dengan Agga dan Enmebaragesi dari Kish, dua raja lainnya yang disebut dalam epos ini, telah memberi kredibilitas keberadaan historis Gilgames. Epos ini lebih menceritakan perasaan kehilangan Gilgames setelah kematian Enkidu, dan sejarawan menyebutnya sebagai salah satu karya sastra pertama yang sangat menekankan keabadian. Para ahli Taurat kuno menceritakan epos dimana telah disebutkan:
Hal rahasia telah dilihatnya; Apa yang tersembunyi pada manusia, dia menemukannya. Dia bahkan membawa kabar sebelum banjir besar; Dia juga mengambil perjalanan jauh, melelahkan dan dibawah kesulitan. Ia kembali, dan setelah usaha keras segala jerih payahnya terukir.
Versi cerita epos Gilgames Sumeria dianggap tertua berasal dari masa Dinasti Ur tahun 2150 SM hingga 2000 SM. Kata bahasa Akkadia 'nagbu' diartikan sebagai 'kedalaman', juga diterjemahkan sebagai 'misteri yang tidak dikenal'. Menurut Andrew George, kata ini merujuk pada pengetahuan khusus yang dibawa Gilgames setelah perjumpaannya dengan Uta-napishti. Dia memperoleh pengetahuan tentang tanah Ea, ranah kosmik yang dianggap sebagai mata air hikmat. Tapi umumnya penafsir merasa bahwa Gilgames memberikan pengetahuan tentang bagaimana menyembah para dewata, mengapa kematian ditetapkan untuk manusia, apa yang menjadikan seseorang raja yang baik, dan hakikat sejati tentang bagaimana menjalani hidup yang baik.
epos gilgames
Tablet ke-11 menceritakan mitos air bah yang kebanyakan disalin dari Epos Atrahasis. Tablet ke-12 terkadang diperluas menambahkan epos untuk mewakili lanjutan dari tablet ke-11. Bagian tablet ke-12 mengandung inkonsistensi cerita mengejutkan, memperkenalkan Enkidu yang masih hidup, dan tidak banyak berkaitan dengan cerita tablet ke-11. Tablet ke-12 sebenarnya salinan yang mirip dari cerita yang sebelumnya, di mana Gilgames mengutus Enkidu untuk mencari benda miliknya dari Dunia Bawah. Enkidu akhirnya meninggal dunia dan kembali dalam bentuk roh untuk mengisahkan Dunia Bawah kepada Gilgames.

Epos Gilgames Dalam 11 Tablet Sumeria Kuno

Gilgames merasa bangga dan percaya diri, dia dikenal sebagai raja baik hati dan teliti, terlibat dalam tugas-tugas adat untuk menaikkan benteng kota atau menghiasi candi. Tetapi banyak pengetahuan yang diperoleh dari sejarah para dewa dan manusia, dirinya semakin merasa filosofis dan gelisah. Ditengah kesuksesannya, pikiran Gilgames mulai berubah 'Apakah dirinya memiliki 2/3 darah dewa, hidup selamanya karena jauh lebih banyak dari 1/3 darah manusia ditubuhnya, atau mungkin sepertiga menang dan membuatnya menjadi manusia fana yang akan menjemput kematian?' Berikut isi kesebelas tablet Sumeria kuno yang menceritakan epos Gilgames.
Gilgames dari Dinasti Uruk, raja terbesar di muka bumi, keturunan dua pertiga dewa dan sepertiga manusia, adalah Raja dan Dewa terkuat yang pernah ada. Pada saat rakyatnya mengeluh bahwa dirinya terlalu kejam dan menyalahgunakan kekuasaan dengan tidur bersama perempuan-perempuan lain sebelum mereka ditiduri oleh suaminya, dewi penciptaan Aruru menciptakan manusia liar Enkidu yang sekaligus menjadi lawan setimpal dan juga menjadi pengganggu perhatiannya. Enkidu ditaklukkan oleh seorang imam perempuan yang juga sebagai pelacur kuil Shamhat.
Enkidu menantang raja Gilgames, setelah melalui pertempuran hebat Gilgames meninggalkan perkelahian itu. Gilgames mengusulkan sebuah petualangan di Hutan Aras untuk membunuh roh jahat. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap berpetualang ke Hutan Aras, dengan dukungan banyak pihak termasuk dewa matahari, Shamash. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras. Sebagai teman yang tak terpisahkan, Gilgames mulai mengungkapkan kepada Enkidu ketakutannya akan nasib fana ini. Mendengar hal itu, mata Enkidu dipenuhi air mata, getir dan menghela napas, kemudian mengatakan kepada Gilgames bahwa ada cara untuk mengakali nasibnya dengan cara memaksa berjalan ke Abode, rahasia para Dewa. 
Abode of the Gods, ketika Enkidu berada di gunung cedar berhadapan dengan binatang buas dan dijaga oleh rakasa menakutkan bernama Huwawa. Tugas utama Huwawa adalah mencegah manusia memasuki Cedar Forest, penentuan Gilgames untuk mencapai tujuan utamanya. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, salah satu roh jahat atau monster penjaga pepohonan. Tetapi sebelum terjadi, Humbaba mengutuk mereka berdua dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena perbuatan ini. Lalu dia menebang pepohonan yang kemudian diapungkan sebagai rakit untuk kembali ke Dinasti Uruk.
Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, Dewi Ishtar. Ishtar menjanjikannya kereta emas, sebuah istana megah, ketuhanan atas raja-raja dan pangeran lainnya. Tapi Gilgames menjawab 'tidak' dan menolak segala pemberian dewi. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual, tetapi kemudian Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng. 
epos Gilgames, Banteng Surgawi
Gilgames dan Enkidu lupa semua tentang misi mereka, berlari menyelamtakan diri dari kejaran banteng Surgawi hingga kembali ke Uruk. Diluar tembok kota, Enkidu sendirian menahan banteng, ketika hewan itu mendengus, lubang di bumi terbuka cukup besar untuk menampung dua ratus orang. Enkidu jatuh ke salah satu lubang, Banteng Surga berbalik dan dengan cepat Enkidu memanjat keluar, hingga akhirnya dia berhasil menaklukkan banteng surgawi.
Dewa tertinggi sedang mempertimbangkan keluhan Ishtar, dan dewa Anu berkata kepada Enlil, 'Karena Banteng Surga telah dibunuh, dan Huwawa juga telah dibunuh, mereka berdua harus mati'. Tapi Enlil berkata, 'Enkidu akan mati, biarkan Gilgames tetap hidup'. Lalu Shamash protes dan mengatakan, 'semua itu dilakukan dengan persetujuan-Nya, mengapa kemudian Enkidu yang tidak bersalah Enkidu harus mati?' 
Para dewa memutuskan bahwa seseorang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu, situasi ini menggenapi kutukan Humbaba dimana Enkidu kemudian jatuh sakit dan menggambarkan Dunia Bawah sementara dirinya terbaring sekarat. Menurut sejarawan, mereka menafsirkan hukuman Enkidu sebagai hukuman atas pembunuhan Humbaba. Gilgames meratapi Enkidu sambil menawarkan berbagai pemberian kepada para dewa agar mereka mau berjalan disisi Enkidu di dunia bawah.
Gilgames berangkat mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir dahsyat, dia yang diberikan keabadian oleh para dewata dengan harapan bahwa dirinya dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan Alewyfe Siduri yang berusaha membujuk agar menghentikan perjalanannya.
    
Alih-alih mengambil jalan darat yang keras, Gilgames berencana untuk menutup sebagian besar rute dengan perjalanan laut yang nyaman. Dia memilih sesorang dari lima puluh pemuda, pria lajang yang menemaninya dan Enkidu sekaligus menjadi pendayung perahu. Tugas pertama mereka adalah kembali ke hutan Uruk, dimana tempat pembuatan Kapal Mesir. Para pandai besi dari Uruk memberikan senjata yang kuat hingga akhirnya semua sudah siap, merekapun berlayar.
Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi (juru kemudi) dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah. Setelah banyak bertanya tentang siapa dirinya, bagaimana dia datang kemari, dan ke mana dia pergi, dia beranggapan Urshanabi layak menjadi juru kemudi perahu. Menggunakan tongkat panjang, mereka menggerakkan rakit, perjalanan ini menempuh empat puluh lima hari menuju Til Mun, Tanah Kehidupan. Gilgames bertanya kemana arah selanjutnya, Urshanabi mengatakan bahwa dia harus mencapai gunung Mashu.
Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, dia menceritakan kepadanya tentang air bah dahsyat dan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi. Dia mengatakan kepada Gilgames, jika dirinya dapat bertahan tak tidur selama enam hari dan tujuh malam maka dia akan abadi. Tetapi Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti setiap hari ketika dia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya. 
Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat didasar laut dan bahwa bila dia memperolehnya dan memakannya, maka dirinya akan menjadi muda kembali menjadi seorang pemuda. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi dia tidak segera memakannya karena ingin membagikan kepada para tetua Uruk lainnya. Gilgames menempatkan tanaman di tepi sebuah danau sementara dirinya mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular. 
Pada akhirnya, Gilgames gagal untuk yang kedua kalinya dan kembali ke Dinasti Uruk, ketika dia melihat dinding yang begitu besar dan kuat, dia memuji karya abadi manusia fana. Dalam epos Gilgames, dia menyadari bahwa cara makhluk fana mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.

Misteri Relief Pemakaman Kuno Yunani Terungkap


Seni relief pemakaman kuno yang terukir pada batu nisan periode Helenistik (323-31 SM) di Yunani mengekspresikan komunikasi sosial, nilai-nilai budaya, kebahagiaan kehidupan alam selanjutnya dan situasi yang terjadi pada masa itu. Relief pada batu nisan memberikan informasi penting tentang ritual penguburan, demografi, struktur keluarga dan ide tentang kehidupan setelah kematian.
Kesimpulan ini ditulis dalam sebuah tesis doktor Sandra Karlsson, siswa Classical Archaeology And Ancient History di University of Gothenburg, yang mempelajari relief pemakaman kuno di Yunani, Smyrna dan Kyzikos yang saat ini berada di Turki. 

Misteri Relief Batu Nisan Pemakaman Kuno

Relief yang terukir pada batu nisan pemakaman kuno sebenarnya memiliki ekspresi misterius dan menggambarkan situasi yang sedang terjadi pada masa itu. Relief ini tidak semata-mata sebagai simbol kemewahan pemakaman kelas atas ataupun kelas bawah, tapi orang-orang Yunani menggambarkan kehidupan mereka pada batu nisan sebagai penanda (memorial) sepanjang hidup almarhum.
Potensi relief batu nisan pemakaman kuno dianggap sebagai sumber sejarah yang menggambarkan emosional, tetapi jarang dieksplorasi oleh peneliti. Salah satu kesimpulan Karlsson, bahwa ilustrasi dan prasasti mencerminkan cara manusia berhubungan dengan kematian, dan batu nisan merupakan sarana untuk menyampaikan kesediahan pada orang yang dicintai.
Relief Batu Nisan, Pemakaman Kuno Yunani
Menurut Karlsson, relieft batu nisan pemakaman kuno tidak hanya berfungsi sebagai penanda (peringatan) tetapi juga sebagai terapi visual. Misalnya, orang yang telah mati digambarkan berdiri disamping nisan mereka, pemilihan lokasi mengungkapkan bahwa almarhum diyakini telah bahagia di dunia bawah, dan situs pemakaman kuno merupakan tempat interaksi antara yang manusia hidup dan mati.
Ekspresi emosi pada relief batu nisan juga menunjukkan nilai-nilai sosial, dimana individu kelas rendah lebih mungkin mengekspresikan kesedihan dibandingkan makam Raja atau kalangan kelas atas. Relief kuburan yang mahal dan mungkin almarhum setara dengan kelas menengah, kematian digambarkan dengan pelayanan dan ukiran anggota keluarga.
Pada umumnya relief pemakaman kuno, anggota keluarga biasanya digambarkan berbaris di samping satu sama lain seperti patung, para pelayan melakukan berbagai gerakan yang menandakan situasi berkabung dan duka. Sementara penelitian sebelumnya telah menunjukkan angka kematian anak yang tinggi selama Antiquity terhadap terjadinya perubahan budaya, hal ini juga menekan ekspresi kesedihan atas kematian seorang anak.
Karlsson menemukan bahwa ekspresi terkuat terpancar dari relief batu nisan pemakaman kuno, ekspresi kesedihan terkuat terlihat pada makam anak-anak dan remaja. Ekspresi emosional pada relief batu nisan sangat jelas ketika unsur-unsur yang tidak konvensional ditambahkan, seperti deskripsi menyentuh almarhum atau penggambaran seorang anak yang menyentuh mainan favoritnya.

Benarkah Petra Jordan Adalah Kuil Dewa Siwa?


Semua orang mengenal Petra sebagai salah satu tempat menakjubkan yang terletak di Jordan, selain itu merupakan salah satu situs arkeologi yang paling dramatis di dunia. Sebuah kota yang ditinggalkan tersembunyi dibalik pegunungan dan ngarai, potongan batu membentuk kuil dan istana terukir menjulang dengan warna merah dan oranye, dan salah satu struktur yang paling terkenal diantaranya adalah Al Khasneh.
Sebuah artikel pernah ditulis oleh Bibhu Dev Misra, seorang peneliti independen dan penulis yang berkaitan dengan peradaban kuno, mitos, simbol, agama dan spiritualitas. Selama ini, dia telah menganalisa beberapa tempat bersejarah, agama dan arsitektur penting, dan beberapa artikelnya diterbitkan diberbagai situs internet dan majalah. Dalam analisa kali ini, Misra berusaha meyakinkan bahwa Petra Jordan merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang terkait dengan literatur India, orang-orang Nabatea yang pernah tinggal di Petra memiliki tradisi agama yaang sangat mirip dengan agama Hindu. Menurutnya, Petra adalah salah satu situs Kuil Dewa Siwa, kemiripan ini dibuktikan dengan analisa arsitektur dan struktur batu.

Agama Misterius Petra Jordan

Menurut catatan sejarah, struktur Petra Jordan dibangun pada abad ke-6 hingga ke-4 SM. Pada waktu itu Petra Jordan dihuni oleh Nabataea, salah satu suku nomaden dari Utara Barat Arabi, dimana mereka memasuki wilayah Petra dan mendirikan budaya serta mendirikan pusat komersial dan seremonial. Dari sisi geografi, Petra Jordan terletak strategis diantara persimpangan darat Jalur Sutra yang menghubungkan India, China, Mesir, rute dari Arab ke Damaskus. Petra Jordan berkembang menjadi pusat komersial diperkirakan hingga abad ke-3 SM. 
Dalam bahasa Arab disebut Nabath, Ibrani menyebutnya Nevayot, umumnya disebut Nabataean atau Nabatean. Mereka merupakan sekelompok bangsa Arab kuno yang menetap didaerah Yordania hingga kesebelah utara Damaskus yang menggunakan bahasa Aram untuk berkomunikasi. Suku Nabath termasuk nenek moyang umat Nabi Shaleh, yang lebih dikenal dengan kaum Tsamud, salah satu kaum yang dianugrahi kemahiran dalam memahat dan mengukir bebatuan keras membuat rumah dan istana raksasa. Suku Nabath dianggap sebagai suku misterius, sebagian besar sejarahwan menyebut mereka termasuk ke dalam golongan bangsa Arab kuno, dimana mereka menyembah Dewi Nasib, Manat dan Hubal.
Petra Jordan
Wilayah ini memasuki masa kemakmuran ekonomi dan prestasi arsitektur setelah mereka berada dibawah pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 106 Masehi. Tetapi setelah Kaisar Konstantin menyatakan agama Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi pada 324 Masehi, Petra Jordan mengalami penurunan. Sejarah mencatat telah terjadi gempa bumi pada abad ke-7 atau ke-8 sehingga membuat kota ini tak dikenal. Kemudian Petra Jordan ditemukan kembali pada tahun 1812 oleh seorang penjelajah Swiss bernama Johann Burckhardt.
Sejarawan sampai saat ini masih bertanya-tanya tentang agama misterius Nabataea. Dalam bait Al Deir yang tertulis pada blok batu seperti obelisk menggambarkan dewa yang paling penting, disebut Dushara. Istilah Dushara (Dewa Shara) yang mengacu pada pegunungan Shara di sebelah utara Petra Jordan. Simbolis Dushara digambarkan sebagai banteng, dimana seluruh kota Petra mewakili Dushara secara simbolis yang terukir pada batu. Situs keagamaan juga dihiasi ukiran batu disebut Baetyl yang berarti 'Rumah Tuhan', terkadang berbentuk persegi atau bulat seperti kubah. Beberapa Baetyls digambarkan dengan bulan sabit, juga tampak gambaran berupa monumen ular yang menunjukkan seekor ular raksasa melingkar.
Simbolis ular melingkar terkait dengan kepala Dewa Dushara, misteri ini membuat kalangan sejarawan bingung, agama apa yang dianut masyarakata Petra Jordan. Simbolisme Dewa Siwa Veda memiliki kesamaan dengan Dushara, dimana Siwa masih dipuja diseluruh India yang terukir pada batu hitam yang dikenal sebagai Siwa Lingga. Sebuah Siwa Lingga pada dasarnya merupakan simbolis Siwa, terkadang ukiran batu mirip dengan dewa Dushara di kuil Deir Al, walaupun semua kesamaan itu terlihat halus dimana beberapa batu berbentuk bulat dan berbentuk kubah. 
Menurut legenda, kediaman dewa Siwa berada di Gunung Kailash Himalaya, di sebelah Utara India, ditempat itu dia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam Asketisme. Simbolis banteng disebut Nandi, pada umumnya digambarkan berlutut didepan Shiva Lingga. Penggambaran Siwa selalu menunjukkan bulan sabit berbentuk di rambutnya, sama seperti bulan sabit bulan yang terukir diatas Baetyls Petra. Begitupula Siwa Lingga mengggambarkan ular melingkar, mirip dengan dengan monumen ular di Petra. Dimana semua ini membuktikan bahwa Siwa dan Dushara adalah identik, mereka karakter yang sama.
Kesamaan lain juga terlihat pada catatan sejarah yang menyebut permaisuri Dushara dikenal Al-Uzza atau Al-lat. Dia dianggap sebagai dewi kekuasaan yang dilambangkan dengan singa. Singa terukir dibeberapa situs Petra Jordan, diantaranya Singa Triclinium yang melindungi pintu, terukir pada Monumen, dan air mancur umum yang keluar dari mulut singa. Di Kuil singa digabmarkan bersayap, beberapa bukti telah ditemukan termasuk fragmen patung kucing yang menegaskan bahwa kucing merupakan asosiasi dewi tertinggi yang terkait dengan vegetasi, biji-bijian dan kemakmuran, serta sering digambarkan memegang batang sereal dan buah-buahan.
Di India, secara simbolis singa juga berhubungan dengan permaisuri Siwa yang disebut sebagai Parvati, Durga atau Shakti. Sesuai dengan legenda Purana, ketika seluruh umat manusia terancam oleh kejahatan Mahisasura, Dewi Durga dimanifestasikan dengan energi spiritual gabungan dari Trinitas Hindu (Brahma, Wisnu dan Siwa) dan dihiasi dengan senjata surgawi yang menaiki singa memasuki pertempuran asura. Pertempuran berlangsung selama sembilan hari, dan pada hari kesepuluh Durga mengalahkan dan membunuh Mahisasura. 
Dewa Siwa
Sejarawan menganggap semua ini masih tidak jelas, apakah semua representasi dewi yang ditemukan di Petra Jordan terkait dengan Al-Uzza, Al-lat dan Manat. Diduga bahwa permaisuri Dushara mungkin Al-Uzza, penggambaran Al-Uzza diwilayah Saudi tidak mendukung kesamaan seperti ini. Al-Uzza meruapakn dewi pagi dan sore, terkadang digambarkan mengendarai lumba-lumba dan menunjukkan jalan ke laut. Dia dikaitkan dengan dewi fajar, Ostara, dan Usas. Dalam Rig Veda, ada sekitar 20 himne yang ditujukan untuk Usas yang muncul di timur setiap pagi, gemilang cahaya emasnya, mengendarai kereta yang ditarik kuda yang mulia, menghilangkan kegelapan, membangkitkan semangat untuk bertindak, dan menganugerahkan karunia dan kekayaan pada segala-galanya. 
Kesamaan fonetik dan simbolik antara Uza dan Usa mebuktikan bahwa keduanya berasal dari sumber yang sama. Al-lat, secara luas dianggap sebagai Bunda Para Dewa. Dia adalah dewi kesuburan dan kemakmuran dan dikenal dari Saudi hingga Iran. Permaisuri Dushara dilambangkan dengan singa adalah Al-lat, bukan Al-Uzza. Tetapi sejarawan telah mengamati bahwa Al-Uzza dan Al-lat digunakan secara bergantian oleh orang Arab, dan terkadang salah satunya terkenal daripada nama yang lain. Dalam konteks ini, dewi kematian dan kehancuran Hindu (Kali) sangat mirip dengan dewi ketiga Petra Jordan yaitu Manat, umumnya digambarkan mengerikan atau sebagai dewi kematian hitam.

Ritual Nabatea Di Kuil Dewa Siwa

Ritual tertentu yang berkaitan dengan ibadah dewa Siwa dan Durga juga tercermin dalam praktik keagamaan Nabataean. Ritual Nabataean kuno membuat patung pengorbanan untuk menghormati Dushara dan Al-Uzza di Petra. Dalam teks Suda Lexicon yang disusun pada akhir abad ke-10 mengacu pada sumber yang lebih tua menyatakan; 
Theus Ares (Dushrara, atau dewa Ares dalam bahasa Arab Petra), mereka menyembah dewa Ares dan memuliakan Dia di atas segalanya. Patungnya berupa batu yang berwarna hitam persegi setinggi empat kaki dan lebarnya dua kaki. Dasarnya terbuat dari emas, mereka berkorban untuknya dan di hadapannya para penyembah mengurapi darah korban.
Selama ini, praktek mengurapi Siwa Lingga dengan bubuk vermilion merah terus berlangsung di India. Sebagian besar blok Djin di Petra terletak dekat dengan sumber air, dan salah satu praktek yang paling umum dari ibadah Siwa adalah menuangkan ketel air (susu, dadih, ghee, madu) selama penyembarahn Siwa-Lingga. Ritual ini merupakan simbol dari sungai Gangga suci yang, setelah berasal dari kaki Wisnu, mengalir turun.
Ritual penyembahan dewa Siwa dan Durga menerapkan prinsip suci, keduanya dianggap sama-sama tua. Pilar suci, dolmen, kultus ular kuno, simbolisme trisula, bulan sabit dan lainnya, telah ditemukan diberbagai situs arkeologi seluruh dunia menunjukkan bahwa ibadah dewa Siwa Shakti adalah salah satu kepercayaan yang paling tertanam dalam tradisi dan literatur kuno. Dalam berbagai teks, orang Ibrani kuno mencatat batu sebagai monumen, Yakub mendirikan tugu dan mengurapinya.
Dan Yakub bangun pagi-pagi, dan mengambil batu bahwa ia telah mengatur pondasi dan mengatur pilar, dan menuangkan minyak pada bagian atasnya (Kejadian 28; 18-19). Dan Yakub mendirikan tugu ditempat dimana dia berbicara denganNya, bahkan di pilar batu dia menuangkan minuman menawarkan padanya, dan menuangkan minyak di atasnya (Kejadian 35; 14).
Pilar dan Dolmen juga merupakan bagian penting dari ibadah orang-orang Druid, antara Celtic dari Inggris kuno dan Perancis. Dalam buku 'Druids and Old Irish Religions (1894) karya James Bonwick menyebutkan bahwa orang Irlandia menghormati kuil, mereka tidak hanya meminyaki dengan minyak atau susu, tetatpi juga berlanjut sampai akhir dengan menuangkan air dipermukaan sehingga menyembuhkan penyakit mereka. Begitu pula Molly Grime, salah satu batu yang tersimpan di gereja Glentham, setiap tahun dicuci dengan air Newell. 

Petra Jordan Tehubung Rute Jalur Sutra

Pada tahun 329 SM, Alexander mendirikan kota Alexandria di Mesir yang menjadi titik Jalur Sutra. Ditahun 323 SM, dinasti Ptolemaic menguasai Mesir, mereka aktif mempromosikan perdagangan dengan Mesopotamia, India, dan Afrika Timur melalui pelabuhan Laut Merah dan rute darat. Semua ini dibantu beberapa perantara, khususnya Nabataean dan negara Arab lainnya. Setelah penaklukan Romawi Mesir pada tahun 30 SM, komunikasi rutin dan perdagangan antara India, Asia Tenggara, Sri Lanka, Cina, Timur Tengah, Afrika dan Eropa berkembang dalam skala besar.
Kemudian, Jalur Sutra berubah menjadi jalan pertukaran budaya, komersial, teknologi, filsafat dan agama antara kerajaan yang jauh terpencil. Buddhisme menyebar dari bagian utara India ke Cina, Kaisar Han Mingdi telah mengirim perwakilan ke India untuk menemukan lebih banyak tentang ajaran mereka. Tak hanya perdagangan, keterampilan pemotongan batu mencapai timur disepanjang Jalur Sutra dari India ke Cina. Ratusan potongan batu dengan patung Buddha yang dibangun antara 450 dan 525 SM menjadi saksi bisu. Diantaranya Longmen Grottoes yang berada di provinsi Henan China, kompleks yang berisi 2345 gua, 2800 prasasti, 43 pagoda dan lebih dari 100,000 gambar Buddha dikumpulkan selama pemerintahan dinasti Cina. Yungang Grottoes dekat Datong provinsi Shanxi, terdiri dari 252 gua dan lebih dari 51,000 patung Buddha dan patung yang dibangun pada periode 460 hingga 525 SM. Dan sangat mungkin ajaran kuno dewa Siwa-Shakti telah bermigrasi ke barat di sepanjang rute Jalur Sutra. 
Ajanta
Ajanta, terletak 100 kilometer dari kota Aurangabad yang terletak tepat di Jalur Sutra, dan merupakan pusat komersial berkembang sejak zaman dahulu. Pada zaman kuno, Ajanta digunakan sebagai tempat persinggahan  bagi mereka yang melintasi Jalur Sutra. Misionaris Buddhis menggunakannya untuk mengiringi para pedagang di jalur perdagangan internasional, pada akhirnya mereka meminya pembuatan kompleks candi gua yang rumit. Beberapa candi mewah terdiri dari ukiran pilar, lengkungan, dan struktur rumit. Seperti halnya Petra Jordan, gua-gua Ajanta telah menghilang selama berabad-abad hingga pada tahun 1819 ditemukan kembali oleh seorang perwira Inggris yang sedang berburu harimau.
Sangat mungkin bahwa dua kota kuno yang terletak di Jalur Sutra, dan menyembah para dewa yang terkait budaya dan membangun beberapa kuil batu disekitar waktu yang sama. Petra dan Ajanta terhubung, karena arsitektur potongan batu dari India merupakan prestasi tertinggi dalam teknik dan estetika periode itu. Dalam hal ini, Jalur Sutra bertindak sebagai penyalur arah barat dari kultus dewa Siwa-Shakti dan keterampilan arsitektur di Semenanjung Arab selama abad ke-2 SM. 
Orang-orang Nabatea membangun beberapa kota lain, salah satunya situs arkeologi Shivta yang dibangun pada abad ke-1 SM dan dilintasi Jalur Sutra antara Petra ke Gaza. Shivta juga ditinggalkan pada abad ke-8 hingga ke-9 M setelah kekuasaan Islam. Beberapa kilometer dari Shivta terletak kota Tel Sheva, situs arkeologi di Israel selatan yang juga diartikan sebagai Sumber Air. Kesamaan fonetik dan simbolis antara kota Petra Jordan dan Shiva sangat jelas, bahkan kultus dewa Siwa-Shakti tersebar luas di seluruh Timur Tengah dan Asia Barat. Dalam Alkitab disebutkan 'Sheba' (Ibrani: Sh'va) diyakini berada di Yaman, serta situs arkeologi 'Shibham' (bahasa Sansekerta: Shivam) yang terletak di Yaman. Fakta-fakta ini mengisyaratkan bahwa seluruh kerajaan dan kota diberi nama setelah hadirnya dewa Siwa.

Tradisi Aneh Raja Namrud Dan Semiramis Berkembang Sampai Saat Ini?


Bahkan seluruh budaya, tradisi dan agama diseluruh dunia secara tidak sadar telah meniru tradisi-tradisi aneh yang pernah diperkenalkan oleh Raja Namrud dan Ratu Semiramis. Tradisi ini secara tidak langsung disebarkan secara halus melalui masyarakat, kebiasaan sehari-hari, bahkan dalam agama telah terjadi praktek yang belum pernah diajarkan para pembawa-nya. Bagaimana tradisi ini bisa menyebar dan untuk apa?
Raja Namrud dan Ratu Semiramis dikenal sebagai salah satu makhluk yang mengakui dirinya sebagai Tuhan, atau Dewa penghubung antara umat manusia dan Tuhan. Ajaran-ajarannya yang paling utama menyembah matahari, tradisi menyembah setan diduga pertama kali tersebar melalui Babilonia untuk merusak budaya dan agama sehingga ajaran awal tidak murni dan terkotori. Semua ini dimaksudkan untuk memuja yang satu, manusia secara tidak langsung mengenang Namrud Dan Semiramis melalui simbol dan tradisi yang pernah diajarkannya.

Tradisi Menyembah Iblis, Namrud Dan Semiramis 

Ratu Semiramis digambarkan sebagai ikan karena orang-orang Babilonia percaya bahwa ikan merupakan simbol dewi cinta, yang kemudian digunakan dalam simbolisme agama dan arsitektur dimana Semiramis digambarkan sebagai burung merpati yang memegang ranting zaitun. Semiramis diambil dari evolusi nama dewa India, Sami-Rama-isi atau Semi-Ramis. Seekor ikan dan burung merpati adalah dua simbol yang hingga hari ini masih banyak digunakan dalam ritual keagamaan dan upacara nasional, meskipun sebagian besar orang yang terlibat tidak tahu arti sebenarnya. 
Semiramis disebut Ratu Surga (Rhea), Dewa Perawan, dan terkadang dikenal sebagai Bunda Pertiwi (Ninkharsag). Dia juga disembah dibawah nama Astarte (wanita yang membuat menara) merujuk pada Menara Babilonia (Babel) yang pernah dibangun Raja Namrud. Para keturunan campuran Arya dan Babilonia berevolusi menggunakan tutup kepala bertanduk seperti yang dikenakan Raja Namrud. Dimana tanduk melambangkan otoritas raja dan kemudian menjadi ikat kepala logam dengan tiga tanduk yang melambangkan kekuasaan raja dengan kekuasaan ilahi. Semua ini diwakili simbol Fleur-de-lis yang bisa ditemukan sepanjang regalia kerajaan modern.
Fleur-De-Lis, Namrud Semiramis
Dari dahulu hingga kini, Iblis digambarkan memiliki tanduk, pada waktu itu Namrud diberi gelar Baal (Tuhan) dan Semiramis bergelar Baalti (My Lady). Dalam istilah Latin, untuk menyebutkan wanita dilafaskan 'Mea Domina' dimana sebutan ini digunakan orang Italia menjadi Madonna. Namrud diwakili dalam peran ganda dari Tuhan dan Ninus, dia seorang anak Semiramis, dan keturunan bersimbol cabang zaitun dibentuk melalui 'kelahiran perawan'. Ninus juga dikenal sebagai Tammuz yang dikatakan telah disalibkan dengan domba dan ditempatkan dalam sebuah gua.
Tiga hari kemudian, ketika batu yang menutupi terguling dari pintu masuk gua, tubuhnya telah menghilang. Kisah ini terdengar mirip dengan tema suami-istri-anak, dimana aktornya adalah Namrud, Semiramis dan Ninus/Tammuz, yang kemudian nama mereka dibesarkan masyarakat kuno menjadi Osiris, Isis dan Horus. Ketiga nama dewa itu dikenal dalam mitologi Mesir dan setara dengan India, Asia, Cina dan lainnya. Kemudian, ada pula masyarakat kuno yang menafsirkan dan mengaitkan cerita itu mirip dengan kisah Yusuf, Maria dan Isa. 
Ketika Babilonia mengadakan upacara musim semi untuk memperingati kematian dan kebangkitan setelah tiga hari kepergian Tammuz/Ninus, mereka menawarkan roti bertuliskan lambang salib surya, bahkan roti Hot-Cross tradisi Paskah di Inggris diduga berasal dari Babilonia. Paskah yang dirayakan awalnya berasal dari penggambaran tradisi lain Ratu Semiramis, Ishtar, dan mungkin dewa lain termasuk Ashtaroth. Nama 'Ashtar' sepenuhnya dimanipulasi dalam keyakinan baru yang diusung pengikut Iblis, mereka yang mengaku pahlawan manusia setengah dewa, dan mengaku datang untuk menyelamatkan manusia.
Mitos Babilonia dan simbolisme menjelaskan dasar semua agama besar, khususnya Kristen. Gereja Roma diduga diciptakan Paus dan Persaudaraan Babel (pengikut agama kuno), mengenakan sebuah lambang berbentuk seperti kepala ikan untuk melambangkan Namrud. Ketua St Peter di Vatikan mengatakan adanya peninggalan suci, dua belas piring menggambarkan dua belas buruh Hercules. 
Hercules adalah nama lain ditujukan untuk Namrud sebelum menjadi dewa Yunani. Pada tahun 1825, Paus Leo XII resmi membuat medali Jubilee yang bergambar seorang wanita dengan simbolisme Ratu Semiramis. Dia memiliki salib di tangan kirinya, sebuah cangkir di kanan dan di kepalanya terdapat tujuh sinar mahkota seperti yang ada di Patung Liberty, dimana Liberty juga salah gambaran lain Ratu Semiramis yang diberikan kepada New York oleh Perancis. 
Namrud juga disebut Eannus, dewa berwajah dua yang kemudian dikenal dengan Roma sebagai Janus. Salah satu saudara Anunnaki (Enki) juga dikenal sebagai Ea. Lambang Freemasonik dengan dua kepala elang melihat kiri dan kanan, timur dan barat, merupakan simbol dari Namrud dalam peran Eannus, elang adalah simbol dari makhluk bersayap yang disebut Draco. Menurut Gardner, nama Dracula berarti 'Anak Dracul' dan terinspirasi oleh Pangeran Vlad III dari Transylvania-Wallachia, kanselir dari Pengadilan Naga abad ke-15, ayah pangeran ini disebut Dracul dalam pengadilan tersebut.
Disebutkan bahwa Eannus memegang kunci pintu surga dan dia merupakan satu-satunya perantara antara Tuhan dan manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap keyakinan yang tidak didukung Eannus adalah palsu dan harus diberi hukuman. Manusia telah dimanipulasi untuk meyakini takhayul dan mengambil cerita simbolik harfiah, sedangkan 'orang-orang' terpilih diberi pengetahuan nyata dengan ancaman hukuman mati jika mereka pernah mengungkapkan hal itu. 
Ritual Beltane, Namrud Semiramis
Dengan cara ini kebenaran tentang kehidupan, potensi manusia, sejarah dan Agenda rencana penyebaran akan menghilang dan terus berkembang. Pengorbanan manusia dianggap fundamental dalam agama Babilonia dan garis keturunan ortodok telah melakukan perjalanan jauh berupa ritual pengorbanan manusia. Mereka yang jahat tampaknya kecanduan darah, para imam Babel diminta untuk memakan beberapa persembahan korban yang mereka sebut 'Cahna-Bal', dimana saat ini dikenal dengan istilah 'Kanibal'. 
Siapakah Moloch? Moloch adalah nama kadal terbang dan juga nama lain Namrud/Tammuz. Tam artinya 'sempurna' dan muz berarti 'membakar', simbolisme Moloch dalam ritual 'membakar hidup-hidup anak-anak untuk menghormati dewa ini dan masih terus berlangsung hingga hari ini. Ritual Beltane pernah dilakukan di Inggris oleh kaum Druid pada tanggal 1 Mei, pada akhirnya hari itu disebut May Day, dimana dalam perayaan melibatkan pembakaran anak-anak didalam perut patung anyaman. Tradisi ini warisan dari Babilonia ketika keyakinan meluas diseluruh Eropa. 
Simbol-simbol kombinasi Namrud dan Semiramis telah digunakankan tak terhitung jumlahnya dalam peradaban dan kebudayaan hingga saat ini. Namrud dan Semiramis telah mempengaruhi berbagai tradisi dan budaya diseluruh dunia tanpa disadari. Seperti dewa Kronos yang banyak digunakan dalam Setanisme untuk pengorbanan anak-anak, raja Cyclops dalam legenda Yunani dikenal sebagai pembangun menara dan hampir mirip dengan versi Raja Namrud, pembangun menara Babel. Dalam Kitab Henokh menceritakan kisah makhluk yang dilempar ke Bumi dan berhubungan dengan manusia, disebutkan:
Dan mereka menjadi hamil, dan mereka melahirkan raksasa besar... yang memakan semua makanan manusia. Dan ketika manusia tidak bisa lagi mempertahankan mereka, para raksasa berbalik melawan dan melahap manusia. Dan mereka mulai berbuat dosa terhadap burung, binatang, reptil, dan ikan, untuk melahap daging dan lainnya meminum darah...
Makhluk yang dilempar ke Bumi digambarkan sebagai ras kulit putih dan dianggap sebagai nenek moyang Arya yang muncul di Pegunungan Kaukasus dan pegunungan Iran serta Kurdistan. Setelah banjir yang melanda dunia terhenti, mereka menetap di Mesir, Israel-Palestina, Jordan, Suriah, Irak, Iran dan Turki.
Prinsip agama Babilonia terdiri dari tiga elemen yaitu api, ular dan Matahari. Para pengikut Namrud dan Semiramis terfokus pada Matahari karena merupakan bagian penting dimana sebagian besar populasi menyembah matahari, hadiah nyata yang diperoleh adalah panas dan cahaya berujung pada kesejahteraan. Dalam hirarki masyarakat Babel dan kelompok elite lain yang memiliki pengetahuan maju, mereka fokus pada matahari karena memahami sifat sebenarnya dari Matahari sebagai kesadaran multidimensional yang meluas di tata surya pada tingkat frekuensi yang tak terlihat.

Banjir Besar Nuh Menurut Kitab Babilonia, Legenda Kasdim


Ada dua cerita tentang banjir besar Nuh dalam versi legenda orang-orang Kasdim, bahkan legenda dari seluruh dunia juga menceritakan kisah yang sama. Legenda banjir besar nuh selain dari terjemahan alkitab modern, yang paling dikenal adalah cerita Berosus yang diambil dari kitab Babilonia dan dimasukkan kedalam sejarah yang kemudian digunakan orang Yunani.
Dalam catatan sejarah itu menjelaskan Obartes Elbaratutu telah mati, anaknya Xisuthros (Khasisatra) memerintah selama 18 Sares (sekitar 64,800 tahun) dan dibawah pemerintahannya telah terjadi Banjir Besar yang mirip dengan kisah banjir besar Nuh. Berikut ini saduran sejarah yang diceritakan dalam kitab suci Babilonia. 

Banjir Besar Nuh Versi Legenda Kasdim

"Cronos (Ea) menampakkan diri dalam tidurnya dan mengatakan bahwa pada tanggal 15 bulan Daisios (bulan Assyrian-Sivan). Semua orang akan binasa akibat banjir besar, karena itu dia memerintahkannya lebih awal, pertengahan, dan akhir sebelum terjadi bencana, untuk merahasiakan berita itu kedalam tulisan, serta menguburnya di Kota Sun, Sippara. Kemudian membangun kapal dan memasukkan keluarga dan teman-teman tersayang, menempatkan mereka dalam ketentuan kapal dalam hal makan dan minum. Petunjuk itu memberi gambaran hewan berkaki empat juga harus dimasukkan kedalam perahu. Untuk mempersiapkan segala sesuatu, dalam hal navigasi dan ketika Xisuthros bertanya arah mana yang harus ditempuh, dia mengangkat tangannya dan dijawab sebagai perintah yang tidak bisa ditolak, menuju para Dewa."
Chronos sama dengan Saturnus, dimana Saturnus adalah seorang raja kuno dari Italia, yang jauh anterior sebelum berdirinya Roma yang memperkenalkan peradaban dari beberapa negara lain ke Italia. Chronos mendirikan industri dan ketertiban sosial, memenuhi lahan dengan banyak tanaman dan menciptakan zaman keemasan Italia. Chronos tiba-tiba dipindahkan ke tempat tinggal para dewa, namanya tercatat dalam legenda mitologi dengan sebutan Benua Saturnus yang terletak di Samudera Atlantik dan merupakan kerajaan besar yang menguasai Afrika Utara dan pantai Eropa Mediterania sejauh semenanjung Italia. 
Plato mengisahkannya sebagai wilayah kekuasaan Atlantis, bangsa Romawi menyebut Samudra Atlantik sebagai Chronium Mare (Laut Chronos), dan pilar-pilar Hercules juga disebut sebagai Pilar Chronos. Kerajaan yang dimaksud dalam legenda Kasdim adalah tanah Chronos atau Saturnus, sebuah daratan dikelilingi lautan yang disebut kerajaan Atlantis.
Xisuthros mematuhinya dan membangun sebuah bahtera misterius yang panjangnya 5 Stadia dan luas 5 Stadia. Berdasarkan semua yang telah diwahyukan kepadanya, mulai dari istrinya, anak-anaknya, dan teman-teman terdekatnya. 
Ketika banjir besar datang, dilepaskan beberapa burung dan tidak menemukan makanan maupun daratan, burung itu kembali ke kapal. Beberapa hari kemudian Xisuthros lagi membiarkan burung terbang bebas dan kembali lagi ke kapal, kali ini kaki mereka terlihat berlumpur. Setelah lebih dari tiga kali, burung-burung dilepaskan dan kembali lagi, kemudian Xisuthros memahami bahwa bumi sudah kosong. 
Banjir besar Nuh
Dia membuat sebuah lubang diatap kapal dan menyadari bahwa mereka berada di puncak gunung. Dia turun dengan istrinya, putrinya, dan awak kapal, mereka sujud kepada bumi, mengangkat altar dan ada yang dikorbankan untuk para dewa. Tetapi, pada saat yang sama Xisuthros menghilang bersama orang-orang yang menemaninya.
"Sementara mereka yang masih berada diatas kapal tidak melihat Xisuthros kembali, sehingga memaksa mereka turun dan mulai mencarinya, memanggil keras namanya tapi tak melihat Xisuthros kembali. Suara dari surga terdengar memerintahkan mereka untuk tetap saleh terhadap para dewa, bahwa Xisuthros telah menerima penghargaan atas kesalehan yang telah dilakukannya dan sejak saat itu dia ditempatkan ditengah-tengah para dewa. Bahwa istrinya, anak perempuannya, dan awak kapal mendapatkan kehormatan yang sama. Kemudian, suara selanjutnya mengatakan bahwa mereka harus kembali ke Babilonia, selaras dengan keputusan nasib yang memerintahkan mereka menggali tulisan yang dikubur Xisuthros di Sippara, negara dimana mereka menemukannya disebut Armenia. Setelah mendengar suara para Dewa dan kembali berjalan kaki ke Babilonia. Dengan menggunakan kapal Xisuthros akhirnya mereka berlabuh di Armenia, para sahabat Xisuthros datang ke Babilonia, tulisan itu disebarkan dikota Sippara dan terukir diberbagai kota, mereka membangun candi dan memulihkan Babelonia setelah dihancurkan banjir besar."
Dalam legenda Kasdim, kisah mirip banjir besar Nuh ternyata merupakan kisah yang tertua dalam tradisi, berbeda dari catatan Alkitab. penghancuran utama tampaknya disebabkan oleh hujan, periode hujan yang lebih besar memberikan waktu yang cukup untuk menenggelamkan dunia. Legenda Kasdim juga menceritakan kisah banjir besar telah terjadi hujan selama 7 hari tanpa henti disertai bencana alam lain seperti gempa, angin, dan longsor.