Sabtu, 30 Agustus 2014

Kebudayaan Suku Dayak

Suku Dayak merupakan suku asli yang tinggal di Kalimantan. Suku Dayak terkenal juga dengan keberagaman budaya,seperti budaya mentato dengan cara tradisional.  Tato-tato yang dibuat tidak hanya sebagai hiasan bagi tubuh,melainkan juga memiliki makna yang mendalam.
Dalam kebudayaan Dayak,tato-tato yang dibuat tidak boleh sembarangan,karena tato dalam Suku Dayak mencerminkan status sosial seseorang dalam masyarakat. Juga sebagai simbol penghargaan suku terhadap jasa orang tersebut.
Dalam pembuataan tato terdapat peraturan tertentu,yang harus diperhatikan. Seperti pilihan gambar,struktur sosial,dan penempatannya. Dalam tradisi Dayak,tato yang dibuat untuk golongan biasa dan bangsawan tentu berbeda.
Tato yang dibuat untuk golongan bangsawan adalah Burung Enggang. Burung Enggang merupakan hewan endemik Kalimantan yang dikreramatkan,oleh Suku Dayak.Meski dalam Suku Dayak tato yang dibuat umumnya di jari-jari tangan,adapula tato dibagian paha.
Bagi Perempuan Dayak,mempunyai tato di bagian paha menandakan status sosialnya yang tinggi. Perempuan yang mempunyai tato tersebut biasanya dilengkapi gelang di bagian bawah betis. Dan motif-motif tato yang dibuat di bagian paha biasanya menyerupai simbol tata berbentuk wajah Harimau.
Perbedaanya dengan tato di bagian tangan adalah adanya garis melintang pada betis. Garis yang melintang disebut namg klinge. Bagian tubuh yang jarang ditemui tato dalam kehidupan Suku Dayak adalah lutut. Meskipun begitu ada juga tato dibagian lutut baik laki-laki maupun perempuan.Namun tato tersebut biasanya dibuat pada akhir pembuatan tato di badan.    
 Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan di Suku Dayak,didasarkan pada prinsip keturunan yang memperhitungkan hubungan kekerabatan,melalui laki-laki maupun perempuan. Pada Orang Dayak,pernikahan yang dianggap ideal adalah pernikahan antara dua orang sepupu,yang kakek-kakeknya adalah sekandung.
Proses pernikahan dalam Suku Dayak dilangsungkan dalam berbagai tahap. Pernikahan adat ini disebut penganten Mandai. Dalam iring-iringan seorang ibu yang dituakan,dalam keluarga calon mempelai pria menyambutnya di balik pagar. Sebelum memasuki kediaman mempelai wanita.
Masing-masing dari keluarga mempelai diwakilkan oleh tukang sambut,yang menjelaskan maksud dan tujuannya. Datang dengan menggunakan Bahasa Dayak Ngaju. Namun sebelum diperbolehkan masuk,rombongan mempelai pria harus melawan penjaga,untuk bisa menyingkirkan rintangan yang ada di pintu gerbang.
Kemudian setelah dinyatakan menang,pihak pria bisa menggunting tali yang menghadang. Kemudian di depan pintu rumah,calon mempelai pria harus menginjak telur dan menabur beras dengan uang logam. Yang maksud dan tujuannya agar rumah tangga mereka aman,damai,dan sejahtera.
Setelah duduk di dalam ruangan terjadi dialog antara kedua belah pihak. Dan juga diguhkan minuman anggur yang dimaksudkan supaya pembicaraan berjalan lancar dan keakraban terjalin antara kedua belah pihak.
Sesuai dengan adat yang berlaku,sebelum kedua mempelai sah secara adat,mereka harus menandatangani surat perjanjian nikah, yang disaksikan oleh orang tua kedua belah pihak. Dan bagi para hadirin yang menerima uang turus,dinyatakan telah menyaksikan pernikhan mereka berdua. Sebelum acara berakhir, masing-masing keluarga memberikan doa restu kepada pengantin. Dilanjutkan denga hatata undus, saling meminyaki antara dua keluarga,sebagai tanda sukacita,dengan menyatukan dua kelurga besar.          
Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi bagi orang Dayak di Kalimantan Tengah terdiri atas empat macam yaitu: berladang,berburu,mencari hasil hutan dan ikan ,serta menganyam. Dalam berladang mereka mengembangkan suatu sistem kerja kerja sama dengan membentuk kelompok gotong royong yang biasanya berdasarkan hubungan kekerabatan.
Masing-masing kelompok terdiri atas 12-15 orang yang secara bergantian membuka hutan bagi ladang-ladang masing-masing anggota. Apabila kekurangan tenaga kerja laki-laki,maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu.
Siklus pengerjaan ladang di Kalimantan sebagai berikut:
Pertama,  Pada Bulan Mei,Juni,juli,menebang pohon-pohon di hutan setelah penebangan batang kayu,cabang,ranting serta daun dibiarkan mengering selama 2  bulan;
Kedua,  Bulan Agustus atau September seluruh batang,cabang,serta ranting dan daun harus dibakar dan dari sisa-sisa pembakaran akan dibiarkan sebagai pupuk;
dan Ketiga, Waktu menanam dilakukan pada bulan Oktober,Bulan Februari dan Maret tibalah musim panen. Sedangkan untuk membuka ladang kembali orang Dayak melihat dari tanda-tanda alam. Jika tanda-tanda ini tidak dihiraukan maka bencana kelaparan akibat gagalnya panen akan menimpa desa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar