Rabu, 25 Maret 2015

Debu Supernova Mengendap Didasar Laut Bumi Selama 25 Juta Tahun


 2015
Para ahli kedalaman laut baru-baru telah membuat temuan mengejutkan yang dapat mengubah cara pandang pengetahuan modern dalam memahami supernova, ledakan bintang yang berada jauh diluar tata surya. Penelitian ini menganalisis debu luar angkasa yang diduga berasal dari supernova, debu ini telah lama mengendap didasar laut sehingga ilmuwan mampu menentukan jumlah elemen berat yang terbentuk dari ledakan besar.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature Communications edisi January 2015. Menurut Dr Anton Wallner, ilmuwan asal Research School of Physics and Engineering, beberapa sisa-sisa ledakan tersebut jatuh ke bumi disebabkan perjalanan melalui galaksi. Mereka telah menganalisadebu supernova yang mengendap didasar laut sejak 25 juta tahun yang lalu dan menemukan bahwa jumlahnya jauh lebih sedikit daripada unsur-unsur berat lain, seperti plutonium dan uranium.

Analisa Sample Sisa Ledakan Supernova Dari Dasar Laut

Temuan ini bertentangan dengan teori pembentukan supernova, dimana beberapa material penting bagi kehidupan manusia, seperti zat besi, kalium dan yodium diciptakan dan menyebar ke seluruh ruang angkasa. Debu supernova juga membentuk timah, perak dan emas, dan unsur-unsur radioaktif berat, seperti uranium dan plutonium.
sisa supernova, debu supernova
Dr Wallner dibantu tim ilmuwan lain untuk mempelajari plutonium-244 yang berfungsi sebagai jejak radioaktif dengan sifat peluruhannya, diperkirakan telah terjadi sekitar 81 juta tahun. Menurut Wallner, setiap plutonium-244 telah ada sejak bumi terbentuk dari gas dan debu intergalaksi lebih dari empat miliar tahun yang lalu. Material ini telah lama mengendap di Bumi sehingga membantu para ilmuwan mengungkap misteri pembentukan planet.
Setiap plutonium-244 yang ditemukan di Bumi telah terbentuk melalui peristiwa ledakan yang belum terlalu lama, dalam beberapa ratus juta tahun terakhir. Tim ini menganalisa sampel kerak bumi setebal 10 sentimeter, sampel ini mewakili akresi selama 25 juta tahun berikut sampel sedimen laut dalam yang dikumpulkan dari daerah yang sangat stabil dibawah samudera pasifik. 
Para ilmuwan menemukan plutonium-244 jumlahnya 100 kali lebih banyak  dari dugaan sebelumnya. Dari penelitian ini terlihat bhawa elemen material terberat mungkin tidak terbentuk melalui supernova standar. Untuk menghasilkan material ini mungkin memerlukan peristiwa langka dan lebih eksplosif seperti penggabungan dua bintang neutron
Elemen berat seperti plutonium, uranium, dan thorium, masih dapat ditemukan dibawah permukaan bumi dan bisa saja membuktikan proses pembentukan seperti ledakan supernova yang pernah terjadi dekat dengan bumi dan kapan terbentuknya. Elemen radioaktif di Bumi seperti uranium dan thorium memberikan energi panas yang mendorong gerakan benua. Wallner mengatakan bahwa mungkin saja Bumi tidak memiliki elemen panas yang sama didalamnya, disetiap daerah terjadi perbedaan suhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar