Rabu, 25 Maret 2015

Pencarian Peradaban Amazon Dan Terra Preta Yang Hilang


 2014
Hutan Amazon masih terkenal dengan hutan hujan yang sangat lebat hingga kini, tidak hanya sebagai hutan tetapi juga menyimpan misteri peradaban Amazon kuno tersembunyi di dalamnya. Beberapa tahun terakhir, para arkeolog telah menemukan bukti adanya kota sebelum kedatangan Colombus di benua Amerika. Luas peradaban Amazon masih tetap diperdebatkan, bagaimana kota itu dan di perkirakan tertutupi hutan hujan seluas 6 juta kilometer persegi, diyakini berada di tanah Terra Preta.
Tetapi kini para ilmuwan dan arkeolog telah membuat model prediksi dimana dengan sistem tersebut akan mampu mencari tanda-tanda pertanian Terra Preta pra-Colombus. Pengujian ini terus berlangsung di sepanjang sungai Amazon dan hutan hujan sekitarnya. Ilmuwan dan arkeolog berharap bahwa alat ini nantinya bisa memandu pencarian peradaban Amazon di masa mendatang.

Terra Preta, Tanah Subur Peradaban Amazon

Pencarian peradaban Amazon sampai saat ini masih dalam pengembangan karena sulit melakukan penggalian besar-besaran ditengah hutan hujan tropis. Hutan Amazon dikenal memiliki kekayaan hayati sehingga arkeolog meyakini bahwa disana terdapat pertanian besar untuk mendukung kebutuhan kota. Pencarian dimulai dari artefak besar dan jalan kuno, hal ini tentunya mengisyaratkan kepadatan penduduk dan populasi yang pernah ada di Amazon. Arkeolog menyebut tanah subur ini sebagai Terra Preta, tanah subur peradaban yang hilang pra-Colombus.
Hutan Hujan Sungai Amazon, peradaban Amazon, Terra Preta
Terra Preta diartikan sebagai 'tanah hitam', tanah yang dihuni manusia diperkaya kandungan nutrisi dua hingga tiga kali lebih subur daripada tanah sekitarnya. Dengan kata lain tanah itu merupakan wilayah paling dominan di peradaban Amazon. Meskipun tidak ada defenisi khusus untuk mengidentifikasi keberadaan Terra Preta, tetapi diduga tanah lebih gelap dari tanah Amazon lain dan memiliki komposisi arang. Terra preta merupakan jenis tanah yang sangat gelap, tanah subur antropogenik yang bisa ditemukan di Basin Amazon (daerah cekungan). Tanah ini terdiri dari campuran arang yang sangat tinggi, tulang, nitrogen, sisa tanaman, ikan dan hewan, serta pupuk kandang. Terra Preta diciptakan manusia antara tahun 450 SM hingga tahun 950 Masehi. Selam ribuan tahun setelah penciptaan tanah, diduga meregenerasi pada tingkat 1 centimeter pertahun dilakukan oleh petani lokal di cekungan Amazon, mereka menjual kompos berharga.
Analisis lokasi dan data lingkungan dari hampir 1000 situs tanah yang ditemukan, kemudian membandingkannya dengan informasi survey tanah hasilnya justru menyatakan 'tidak ada Terra Preta'. Ilmuwan dan arkeolog menyimpulkan bahwa peradaban Amazon paling mungkin ditemukan di Amazon Tengah dan Timur pada tebing yang menghadap ke sungai mendekati Samudera Atlantik. Dugaan ini menegaskan, Terra Preta tidak ada di bagian Barat dimana limpasan dari gunung Andes cenderung menambah nutrisi tanah di wilayah dataran tinggi seperti Llanos de Moxos, Bolivia. 
Dengan menganalisis kondisi lingkungan terkait Terra Preta yang sama sekali belum ditemukan, arkeolog menduga kemungkinan tanah seluas sekitar 154,063 kilometer persegi merupakan pertanian peradaban yang hilang. Mereka menduga Terra Preta berada di wilayah itu, sebuah lahan di peradaban Amazon yang hilang era pra-Colombus.
Peralatan ini tidak hanya menampilkan pemodelan lokasi, tetapi juga memungkinkan pemodelan pemukiman manusia yang hidup di peradaban Amazon. Sehingga titik tersebut akan menjadi awal dalam penggalian di masa mendatang. Menurut Michael Heckenberger, arkeolog dari University of Florida, petani Terra Preta merupakan koloni bebas tetapi bukan berarti tidak ada tanah Terra Preta diwilayah yang terduga. Mereka tidak menetap, budaya disesuaikan dengan lingkungan yang berbeda sehingga tidak selalu menyuburkan tanah untuk mendukung populasi besar.

Kehancuran Peradaban Amazon

Dalam catatan sejarah, penjelajah Spanyol pada abad ke-16 (Francisco de Orellana) pernah menjelajah sungai Amazon. Dikatakan daerah padat ratusan kilometer di sepanjang sungai menunjukkan tingkat populasi melebihi dari saat ini. Peradaban Amazon tidak meninggalkan monumen abadi karena mereka menggunakan kayu lokal sebagai bahan konstruksi yang akhirnya membusuk di iklim lembab. Alasannya karena tidak ada batu atau sedikit mineral untuk membuat monumen sehingga kayu menjadi prioritas.
Keturunan semi-nomaden memiliki perbedaan aneh antara masyarakat suku asli namun tidak memiliki tempat tinggal, aristokrasi, anomali sejarah masyarakat tidak menetap dan budaya agraris. Hal ini menunjukkan bahwa dahulu mereka lebih mapan dan agraria tetap menjadi nomaden setelah runtuhnya demografis sejak abad ke-16 dan ke-17 Masehi. 
Peradaban Amazon diperkirakan hancur karena penyebaran penyakit Eropa yang dibawa penjelajah benua baru, seperti penyakit cacar. Selama 350 tahun setelah kedatangan Eropa olehVicente Yanez Pinzon, Portugis mulai mengumpulkan makanan dan lanskap pertanian yang ditempati oleh orang-orang yang selamat dari wabah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar