2014
Dikalangan sejarawan, mereka masih mempertanyakan bagaimana manusia periode Neolitik migrasi ke Eropa.
Saat ini, para pakar arkeolog menggunakan transisi yang terjadi pada
pemburu-pengumpul dan bukti pertanian untuk menandai beraakhirnya era
Paleolitik dan awal era Neolitik.
Studi ini diterbitkan dalam jurnal Prosiding National Academy of
Sciences edisi 6 Juni 2014, menganalisa penanda genetik populasi modern
mungkin memberikan petunjuk baru tentangpergerakan manusia periode Neolotik.
Peran Pelaut Bawa Budaya Neolitik Ke Eropa
Antara tahun 8800 hingga 10,000 SM di Levant, wilayah Mediterania timur (saat ini meliputi Israel dan Tepi Barat, Yordania, Suriah, dan bagian dari Turki selatan) orang-orang mulai belajar bagaimana mengembangkan tanaman biji-bijian. Perkembangan ini akhirnya memungkinkan mereka meninggalkan kehidupan lama sebagai manusia nomaden pemburu-pengumpul dan menjadi petani.
Bukti arkeologi menunjelaskan bahwa pada tahun 7000 SM para petani
Neolitik telah pindah ke Eropa. Mereka mengembangkan ide dan genetik
kepada orang-orang Paleolitik asli yang telah bermigrasi ke benua eropa
sekitar 30,000 hingga 40,000 tahun yang lalu. Metode transportasi dan
rute perjalanan Neolitik telah lama dipertanyakan, apakah mereka
melakukan perjalanan darat dengan cara migrasi pertama ke utara dari
Levant ke Anatolia (saat ini pusat Turki) di seberang Bosporus dan
kemudian melalui Balkan ke Eropa Tengah.
Atau mungkin mereka berpindah melalui laut? Apakah mereka berpindah
langsung dari pantai Levant ke Crete dan kemudian menyeberang ke Yunani,
seperti salah satu yang disebutkan dalam teori terdahulu? Untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, tim peneliti internasional
yang dipimpin oleh George Stamatoyannopoulos melihat tanda-tanda genetik
yang ditemukan pada 32 populasi modern dimulai dari Near East dan
Afrika Utara, Anatolia, Kepulauan Aegean dan Crete, Yunani, Eropa Utara
dan Selatan.
Stamatoyannopoulos dan rekannya membandingkan proporsi atau frekuensi
yang disebut Single Nucleotide Polymorphisms (SNP). Ketika orang-orang
bermigrasi ke suatu daerah dan bercampur dengan penduduk setempat, gen
mereka membaur bersama gen asli dan melahirkan gen orang-orang pribumi.
Generasi berikutnya terus bermigrasi dan pertukaran gen terus berulang,
sehingga frekuensi SNP dalam populasi yang bermigrasi akan mencerminkan
pencampuran genetik, semua ini terdeteksi dalam populasi yang
ditinggalkan.
Ilmuwan berhipotesis bahwa imigran Neolitik ke Eropa telahberpindah
melalui jalur laut. Mereka menguji hipotesis dengan membandingkan
frekuensi SNP pada populasi yang kini menghuni Levant, Turki,
pulau-pulau Aegean dan Laut Tengah dan Eropa dan Afrika Utara.
Analisis menegaskan imigran Neolitik awalnya muncul dari Levant,
kemudian migrasi pertama menuju Anatolia di Turki tengah, di seberang
Dodecanese, menuju Crete dan kemudian ke Laconia di ujung tenggara
Yunani. Beberapa populasi bergerak ke utara Yunani, namun sebagian besar
migrasi ke barat, Sisilia, kemudian ke pantai Mediterania Eropa
Selatan, dan ke Eropa Utara.
Menurut Stamatoyannopoulos, migrasi manusia periode Neolitik ke Eropa melalui
rute darat, tetapi rute dominan melalui Anatolia dan kemudian melalui
jalur laut, sementara Crete berfungsi sebagai penghubung utama. Pakar
ilmuwan juga melihat aliran gen pada populasi di Semenanjung Arab dan
Afrika Utara. Mereka menemukan bahwa migrasi orang-orang Neolitik yang
berasal dari Near East juga pindah ke tenggara Arabia, dan melalui Mesir
serta disepanjang pantai Afrika Utara.
Tidak ada bukti yang menjelaskan keberadaan aliran gen yang ada di
Mediterania adalah turunan antara Afrika dan Eropa. Meskipun laut sangat
memungkinkan imigran untuk bergerak di sepanjang pantai, tetapi hal itu
merupakan penghalang yang tangguh antara dua benua. Budaya Neolitik
menyebar terutama disebabkan difusi budaya itu sendiri, dimana ide-ide
bergerak dari populasi melalui kontak budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar