2014
Sejarah masih belum meyakini secara pasti, apakah Ratu Saba (Ratu Sheba) yang
mengunjungi Sulaiman murni berdarah Abyssinia atau ratu Arab dari
Yaman, atau Hadramaut atau beberapa sebutan lain yang berasal dari
jazirah Arab. Tetapi dalam tradisi disebutkan bahwa Ratu Selatan
mengunjungi Sulaiman cukup lama. Seperti yang diungkapkan Sidney Smith,
teks Corpus tablet Sumeria ataupun prasasti Babilonia menceritakan
bagaimana beberapa ratu besar zaman akhir India pernah berkunjung ke
salah satu wilayah seperti Etana, atau Mesannipadda, atau Sargon Agade,
yang di instruksikan dalam kebijaksanaan dan peradaban pada zamannya.
Sebuah buku berjudul 'Kebra Nagast' menceritakan asal usul
Etiopia, buku ini diangkat dari teks terkenal 'Glory of the Kings' untuk
menghormati orang-orang Abyssinia. Dalam sebuah surat disebutkan bahwa
Raja John dari Etiopia menulis kepada almarhum Lord Granville pada bulan
Agustus, 1872:
Ada sebuah buku berjudul 'Kivera Negust 'yang berisi Hukum seluruh Ethiopia, dan nama-nama Shums (Kepala), Gereja, dan Provinsi, tertulis dalam buku ini. Saya berdoa Anda mengetahui siapa mempunyai buku ini, dan mengirimkannya kepada saya, untuk negara saya, orang-orang saya tidak akan mematuhi perintah saya tanpa itu.
Ringkasan isi Kebra Nagast pertama
kali diterbitkan oleh Bruce pada tahun 1813, tetapi hanya berisi
sedikit ikhtisar. Buku ini sangat dihormati karena mengandung bukti
bahwa keturunan mereka dari leluhur Ibrani, dan kekerabatan raja dari
garis Sulaiman.
Keturunan Ratu Saba Dalam Kebra Nagast
Kisah kunjungan Ratu keluar dinasti terdengar sampai disekitar
orang-orang kafilah, dan ahli-ahli Taurat memasukkannya kedalam sejarah
mereka. Hal ini sangat mungkin bahwa kisah Sulaiman dan Ratu Sheba (Ratu Saba) didasarkan
pada salah satu sumber yang jauh lebih kuno. Hal seperti ini sebenarnya
telah terjadi sejak sejarah Gilgamesh yang dipimpin Raja Dinasti Uruk, sejarah eksploitasi Etiopia. Begitupula Alexander Agung,
Raja Macedonia yang mencari air kehidupan, bagaimana dia berjalan
melalui hutan tak tertembus dan tiba di laut mati, dan bagaimana dia
mencoba terbang ke langit, semua yang dijelaskan dalam Epic Gilgamesh.
Seberapa jauh orang Abysinia membenarkan klaim kekerabatan dengan Semit?
Ada sedikit keraguan tentang penduduk asli Abyssinia berasal dari negro
atau negroids di lembah sungai Nil. Di periode awal, suku dan bangsa
yang tinggal disisi barat semenanjung Arab membuat jalan melintasi laut
dari Asia ke Afrika Selatan dibeberapa tempat, seperti Bab-AL-Mandab dan
bagian utara semenanjung Sinai. Dengan cara ini pengaruh masyarakat
Asia memasuki Abyssinia. Kemudian bagian dari Hamit, bahasa yang mirip
dengan Libya, Berber, dan Mesir, bahasa yang dibawa Abyssinia untuk
berkomunikasi Kushite, yang saat ini dikenal Etiopia.
Semit adalah istilah yang mula-mula digunakan dalam linguistik dan
etnologi untuk merujuk kepada sebuah keluarga atau rumpun bahasa asal
Timur Tengah, yang sekarang disebut Rumpun bahasa Semit. Rumpun ini
meliputi bentuk bahasa-bahasa kuno dan modern, yaitu Ahlamu, Akkadia
(Assyria-Babilonia), Amharik, Amori, Arab, Aram/Suryani/Suriah,
Kanaan/Fenisia/Kartago, Kasdim, Ebla, Edom, Ge'ez, Ibrani, Malta,
Mandaik, Moab, Sutean, Tigre dan Tigrinya, serta Ugarit, dan sebagainya.
Tetapi para penerjemah Alkitab salah mengidentifikasi 'Ethiopia',
Abyssinia dengan Kush merupakan kosakata Ibrani untuk menyebut sebuah
negara yang dikenal Nubia. Karena pembauran Semit dan Hamit terjadi
ketika elemen Semit memasuki bahasa Hamitic diperiode sangat awal.
Bagian utara Abyssinia, bagian pegunungan yang menjadi pemukiman utama
Semit dikenal sebagai Agaw, dan dari mereka mungkin telah diturunkan
Falashas atau Abyssinia Yahudi.
Pada abad ke-11 atau ke-10 SM, Abyssinia pernah di-invasi oleh Asiatic
Semit dan mereka mengajarkan orang-orang Abyssinia unsur peradaban. Suku
utama penjajah ini disebut Abasha, dan mereka datang dari Yaman bagian
barat di Arabia Selatan. Mereka menyebutnya wilayah Abesh sebagai tempat
menetap di Afrika, dari sinilah asal mula nama Abyssinia.
Imigrasi orang-orang Semit dari Asia dilanjutkan terus selama
berabad-abad berikutnya, mereka memperkenalkan tulisan Arabia,
perdagangan, seni dan hadil kerajinan. Dua atau tiga abad sebelum Masehi
mereka berhasil membentuk kerajaan, ibukotanya disebut Aksum. Bangsa
Semit yang menetap di bagian atas, tengah, dan Hilir Abyssinia menjadi
pedagang, dan mereka mejadi penggagas perdagangan diwilayah itu. Bangsa
Semit yang menetap disekitar Aksum dikenal sebagai Ag Aziyan, yang
artinya 'bebas' dan bahasa mereka disebut Ge'ez atau sering disebut
Ethiopia, kemudian dari daerah ini muncul bahasa modern Tigray yang
disebut Tigrina. Bahasa Semit di Tengah dan Hilir Abyssinia dikenal
sebagai Amarina atau Amhar, dimana diperiode ini Abyssinia tidak
memiliki literatur.
Kejatuhan kerajaan Semit yang berada di Aksum pemerintahannya digantikan
oleh raja-raja kafir, diantaranya Aphilas, Endybis, dan Alalmidis (Ella
Amida), ayah dari Ezana yang memerintah pada paruh pertama abad ke-4 M.
Ezana disebut Constantine Abyssinia, dalam sejarah dikenal sebagai raja
terbesar di Abyssinia dan mengadopsi agama Kristen sebagai agama
nasional. Dengan menganut agama Kristen, kemudian sastra Abyssinian
muncul dan mulai berkembang.
Bentuk asli legenda Ratu Saba mungkin muncul setelah invasi besar bangsa Semit ke Abyssinia pada abad ke-10 SM. Sejarah ini terlihat dalam Matius XII 42, Lukas XI 31, ditafsirkan bahwa Sulaiman adalah ayah dari anak Ratu Saba, dengan kata lain bahwa Ratu Saba pernah menikah dengan Sulaiman. Bukti iini juga terlihat dalam tradisi, bahwa keturunan laki-laki dari anak tersebut adalah raja Abyssinia yang sah, dan Sulaiman adalah nenek moyang Isa.
Keyakinan ini dianut raja-raja kerajaan Semit Aksum, dimana pada waktu
itu kota Aksum dianggap sebagai duplikat dari Jerusalem yang disebut
Zion Abyssinia. Ketika Abyssinia mengadopsi agama Kristen paruh kedua
abad ke-5 M, mereka memutuskan sejauh mungkin hubungan mereka dengan
nenek moyangnya dari Arabia. Mereka mengaku kekerabatannya dengan Ibrani
dari Jerusalem telah meninggalkan mahram dan dewa-dewa lain dari
Minaean dan Saba, mendukung Yahweh dewa Ibrani. Ketika Semit menganut
Kristen memiliki Kitab Suci yang diterjemahkan kedalam Ge'ez. Penerjemah
menggunakan script berdasarkan tulisan-tulisan lama dari Minaean dan
Sabaean, isinya terdapat beberapa perbedaan khusus yang sangat penting.
Seperti prasasti tua dan bahasa Ibrani, Syria, Arab, cara membaca
tulisan dari kanan ke kiri, tapi Abyssinia memutuskan untuk membaca teks
mereka dari kiri ke kanan seperti yang dilakukan orang Babilonia dan
Asyur. Keputusan ini kemungkinan akibat pengaruh Yunani, teks-teks
alfabet Arab kuno sepenuhnya konsonan dan vokal yang diungkap melalui
surat semi-vokal. Beberapa diantaranya cukup bagus mengekspresikan vokal
Ge'ez dengan memodifikasi bentuk beberapa konsonan sendiri, sehingga
Abyssinia merubah alfabet Sabaean lama kedalam suku kata.
Para penerjemah Alkitab yang mentraslasi kedalam bahasa Ge'ez menolak Habesh (nama lama dari Abyssinia), dan versi mereka memberi nama wilayah Ethiopia (iteyopeya) yang ber-ibukota Aksum. Seorang kasim memiliki otoritas besar dibawah Candace ratu Etiopia, dan negara dimana Ratu memerintah adalah Kush (Perjanjian Lama), diberi nama Ethiopia (juga tertulis dalam Mazmur lxviii 32, lxxxvii 4). Sebenarnya Kush adalah Nubia bagian atas, nama Habesh tidak disukai masyarakat dan meskipun dalam kamus Amharic modern kata Habasha masih dapat ditemukan (Habashiyy), yang diartikan sebagai julukan kasar atau kata kasar.
Ajaran Kristen menyebar ke selatan hingga keturunan Sulaiman, raja-raja
Etiopia periode antara abad ke-6 dan ke-13 abad menguasai wilayah
dimana-mana. Selama periode ini banyak raja yang bukan dari garis
Sulaiman, dan kelompok mereka disebut Zague, para guru dari Etiopia
berkuasa selama sekitar 330 tahun. Kemudian muncul raja dari garis
Sulaiman yang bernama Yekueno Amlak (1270-1285) di Shoa. Dengan bantuan
dari santo besar Takla Haymanot, dia mengusir Zague dan menjadi Raja
Etiopia. Imbalan atas bantuan santo, dia memberikan sepertiga dari
pendapatan kerajaannya kepada Gereja, yang terus dilajutkan penerusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar