2014
Ratu Hatshepsut adalah firaun ke-5 dari Dinasti ke-18 yang
memerintah Mesir kuno. Para Egiptologis umumnya menganggap Ratu
Hatshepsut sebagai seorang firaun perempuan yang paling berhasil di
Mesir, yang memerintah lebih lama daripada perempuan penguasa manapun.
Menurut buku karya Scott Alan Roberts dan Dr John Ward, dimana mereka mencari bukti sejarah serta historisitas karakter utama dalam kitab Exodus dan hubungannya dengan Firaun Mesir. Ratu Hatshepsut memerintah
sekitar tahun 1479 hingga 1458 SM dan dianggap sebagai ratu paling awal
dikenal dalam sejarah dan perempuan kedua sebagai Raja Mesir Hulu dan
Hilir setelah Ratu Sobekneferu dari Dinasti ke-12.
Pertemuan Ratu Hatshepsut Dan Musa
Dibandingkan dengan firaun perempuan lainnya, pemerintahan Hatshepsut
lebih lama dan lebih makmur. Seorang wanita yang berhasil dalam
peperangan awal pemerintahan, tetapi umumnya dia dianggap sebagai firaun
yang mendirikan perdamaian di era lama. Hubungan perdagangan
internasional didirikan kembali setelah menghilang selama kependudukan
asing dan membawa kekayaan besar di Mesir. Dengan kekayaan Ratu
Hatshepsut membangun proyek yang mengangkat nama besar arsitektur Mesir
Kuno sebanding dengan arsitektur klasik. Bangunan ini tidak tersaingi
budaya lain selama kurang lebih 1000 tahun. Salah satu bangunag yang
paling terkenal adlah kuil Hatshepsut.
Setidaknya, berhasil memerintah Mesir kuno selama kurang lebih 20 tahun.
Berbagai biografi Hatshepsut seperti yang ditulis Evelyn Wells
meromantisasikan dirinya sebagai perempuan yang cantik dan pasifis. Hal
ini cukup berlawanan dengan pandangan penulis di abad ke-19 tentang jati
diri Hatshepsut dilukiskan sebagai ibu tiri yang kejam, yang merebut
takhta Thutmose II. Sementara Eloise Jarvis McGraw mengatakan bahwa
dalam mempertahankan pandangan ibu tiri yang kejam dengan menempatkan
Hatshepsut sebagai tokoh utama.
Seorang budak perempuan dan sejumlah bangsawan berusaha menggulingkan Ratu Hatshepsutdan
mengangkat pewaris yang sah (Thutmose III) sebagai Firaun. Musuhnya
mempersalahkan berbagai proyek pembangunan Hatshepsut sebagai penyebab
kebangkrutan Mesir dan digambarkan telah menahan Thutmose III sebagai
tawanan istana. Sementara tulisan Will Cuppy disebutkan tentang karir
Hatshepsut, hiroglif dinding disebutkan bahwa;
"Memandangnya jauh lebih cantik dari apapun juga, kemolekannya dan bentuk tubuhnya sungguh bagaikan seorang dewi." Sebagian menganggap aneh bahwa seorang Firaun perempuan ternyata begitu berani di usia 50-an. Sama sekali tidak, dia hanya mengatakan bagaimana keadaannya sekitar 35 tahun sebelumnya, sebelum menikahi Thutmose II dan kemudian menjatuhkan Thutmose III. "Dia adalah seorang putri, cantik dan memekar".
Dari sisi penelitian arkeologi, Ratu Hatshepsut diduga tewas karena
lotion, dimana mereka menemukan adanya zat beracun karsinogen dalam
botol kosmetik milik ratu. Sebelumnya, Hatshepsut dikabarkan meninggal
dunia karena kanker tulang pada 1458 SM. Penemuan senyawa karsinogen
disalah satu botol berisi krim lotion peninggalan Hatshepsut. Beberapa
keturunan Hatshepsut menderita penyakit kulit yang diwariskan darinya.
Diduga Hatshepsut menggunakan lotion secara tidak sengaja dan tidak
mengetahui bahwa lotion mengandung racun.
Kitab Ibrani dinyatakan bahwa pada hari itu Sulaiman mendirikan Bait
Allah di Yerusalem, setelah 480 tahun sejak Eksodus. Dengan kata lain
tahun 966 SM ditambah 480 tahun sama dengan tahun 1446 SM, adalah tahun
ketika Musa berusia sekitar 80 tahun (menurut cerita Yahudi). Jika
demikian, maka nabi Musa lahir tahun 1526 SM di bawah pemerintahan
Thutmoses I, dimana putri Firaun waktu itu adalah seorang gadis muda
bernama Hatshepsut.
Pada waktu itu Firaun Mesir Thutmosis I, menetapkan Ibrani yang
berkembang terlalu banyak harus dikurangi jumlahnya atas dengan dalil
pemberontakan. Firaun memerintahkan bahwa semua bayi Ibrani dibawah usia
3 tahun harus dibunuh. Perintah segera diberlakukan tetapi ibu Musa
membuatnya tak ditemukan hingga Musa kian hari tumbuh besar, hal ini
memaksa ibunya menempatkan Musa dalam keranjang papirus yang diolesi
anti air.
Musa dihanyutkan menyusuri Sungai Nil dengan tujuan tak jelas hingga pada akhirnya ditemukan oleh seseorang yang akan merawatnya. Ibunya meminta kakak Musa agar mengikuti keranjang disepanjang tepi sungai untuk memastikan keselamatan bayi sepanjang terbawa arus. Keranjang dan bayi menyusuri sungai dangkal dan mendekati kolam renang diluar istana Thebes, dimana Putri Firaun yang masih berusia muda menemukan dan mengambil Musa.
Menurut Alkitab Exodus, Putri Firaun berhadapan dengan Miriam yang
menawarkan agar membawa bayi kepada seorang wanita yang dia tahu bisa
merawatnya dengan baik. Putri setuju dan mengirim bayi bersama dengan
Miriam kembali kepada ibu asuhnya sampai Musa cukup dewasa. Empat sampai
enam tahun kemudian, Musa diantarkan ke istana untuk memulai hidupnya
sebagai anak angkat putri Firaun.
Dengan kata lain menurut sejarah dan arkeologi, Firaun hanya miliki
pewaris seorang Perempuan. Jika ini benar, Hatshepsut adalah orang yang
menemukan Musa dalam keranjang di sungai Nil dan dia memang mengangkat
Musa sebagai anaknya sendiri setelah Musa berusia 5 atau 7 tahun.
Musa, Anak Angkat Paling Disayang Ratu Hatshepsut
Musa hampir selama 40 tahun hidup di istana Mesir sebagai seorang pria bernama Senenmut, yang merupakan guru putri Hatshepsut, Nefrure,
serta penasihat Hatshepsut yang paling terpercaya. Menurut cerita
tradisional Yahudi di Mishnah, Musa dikenal keras dan ambisius dibawah
didikan Firaun.
Musa hidup dikerajaan Mesir dimana Ratu Hatshpsut ramah dan baik terhadapnya, beberapa catatan sejarah menyebut hubungan mereka sebagai 'Pecinta' meskipun perbedaan usia hampir 10 tahun. Dalam hal prestasi, Musa hampir memperoleh 20 titel jabatan yang langsung diberi Ratu Hatshepsut, mulai dari Vizier hingga Kepala Arsitek Kerajaan. Titel terakhir yang diberikan pada Musa adalah 'Saudara Ibu' sehingga diklaim sebagai 'Saudara Para Dewa' dengan orang tuanya.
Dalam sejarah arkeologi, Ratu Hatshepsut memiliki
keturunan tetapi tidak ada ahli waris kerajaan yang bisa menggantikan
takhta, kecuali putrinya Nefrure yang meninggal sekitar usia 16 tahun.
Berkisar antara tahun ke-11 dan 16 pemerintahan ibunya. Hatshepsut
menikah dengan Thutmoses II yang tak lain adalah kakaknya sendiri dan
meninggal karena sakit-sakitan, dan menurut penelitian arkeologi
Thutmoses II tenggelam di Laut Merah. Setelah kematian suami, Hatshepsut
diangkat sebagai ahli waris dan menguasai istana Mesir.
Hatshepsut menjadi pemimpin Mesir dan benar-benar merebut tahta suaminya
yang tenggelam di Laut Merah, mendominasi pemerintahan sebagai Firaun
hingga hari akhir hayat sekitar 1482 SM. Menariknya, anak tiri
Hatshepsut yang menjadi Thutmoses III memiliki kebencian mendalam
setelah ibunya meninggal, hal itu tercermin ketika mengadopsi Musa.
Musa, salah seorang yang bisa menggeser tahta Firaun sehingga
menyebabkan Thutmoses III tidak tergambar pada dinding istana.
Bukti kebencian besar Thutmoses III pada Hatshepsut, setelah
kematiannya, Thutmoses III mengubah citranya di setiap dinding, lukisan,
patung dan bahkan orang-orang di kuil Dier el Bhari. Hal ini
menyiratkan bahwa dia mengatakan tentang Ratu Hatshepsut pada hari
pengangkatan tahta Mesir "Yang membenci, berbohong, wanita hina."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar