Sejak dahulu, ramalan masa depan sudah dituliskan dalam bait-bait
misterius, sabda yang dianggap sebagian orang mungkin akan terjadi,
seperti ramalan Phytia padaOracle Delphi. Masa depan
diperoleh melalui mimpi, pencerahan agama, ritual magis dan seni mantik,
sebuah pengertian yang membingungkan manusia tentang waktu, nasib dan
kehendak Yang Maha Kuasa.
Ramalan mungkin sering dimodifikasi dan disalahgunakan dan belum
terbukti secara historis, meskipun tidak dengan cara yang diharapkan.
Seperti ratusan nabi yang meramal masa depan diyakini seratus persen
mungkin akan terjadi. Melihat kredibilitas pandangan mereka tentang
azab, maka sebagian orang menganggap sebagai tanda-tanda zaman yang akan
mendatangkan bahaya besar.
Phythia, Wanita Suci Peramal Oracle Delphi
Oracle Delphi terletak di Gunung Parnassus, ketika itu disana ada seorang pendeta suci yang disebut Pythia yang
mengucapkan ramalan dalam ritual dengan mengunyah daun pohon suci dan
meminum air mancur Kassotis yang mengalir dari Omphalos, air dari pusar
bumi. Dalam mitologi,Phythia hanya meramal pada hari ketujuh setiap bulan karena angka tujuh dianggap sebagai angka paling terkait dengan Dewa Apollo. Oracle Delphi memberi
pengaruh besar diseluruh budaya Hellenic, Phythia menjawab pertanyaan
dari seluruh lapisan masyarakat, warga asing hingga raja tentang
politik, tugas, kejahatan, hukum bahkan maslaah pribadi. Negara-negara
diseluruh Yunani hingga Mesir sangat menghormatinya ketika datang ke
Delphi untuk memohon ramalan.
Phytia duduk diatas retakan gua Adyton dan menghirup uap yang keluar
dari retakan tersebut, hingga dia bergumam tak jelas dan hal ini
dianggap sebagai pesan yang ditafsirkan oleh imam yang mengawasinya.
Dalam tulisan Socrate menyebutkan:
Ramalan seperti ini seperti tidak mungkin, tetapi merupakan suatu berita dan hadiah khusus dari surga, sumber berkah diantara manusia. Ramalan ini terdengar gila dan Nabiah di Delphi dari pendeta Dodona, ketika indera mereka telah diberikan manfaat untuk Hellas baik dalam kehidupan umum dan pribadi.
Oracle di Delphi dipenuhi dengan hadiah dari para pemohon yang menyembah
Apollo dan dihiasi dengan kuil indah serta air mancur, juga terdapat
teater dan stadion, dipenuhi marmer, patung perunggu dan emas. Banyak
bangsawan termasuk para raja telah membuktikan kebenaran ramalan Oracle,
seperti dalam kasus Raja Lydia (Croesus) yang hidup sekitar tahun 6 SM.
Raja yang dikenal sangat kaya takut akan ancaman yang ditimbulkan oleh
Cyrus, Raja Persia dan Babilonia. Dalam mencari jalan keluar, raja
Croesus diuji dengan ramalan yang didapatkan tetapi tidak tahu
jawabannya.
Hanya Oracle Delphi yang
menjawab dengan benar atas pertanyaan yang diajukan oleh Croesus. Para
utusan kembali ke Sardis dan melaporkan jawaban Pythia, sehingga raja
Crosus membuat persembahan besar dan memberi hadiah tak ternilai kepada
Oracle. Dalam ramalan yang diberikan itu dinyatakan bahwa setelah
menyeberangi Halys, Croesus akan menghancurkan sebuah kerajaan besar.
Atas dasar ini, dia membentuk aliansi dengan Sparta untuk melawan Cyrus.
Mereka menyeberangi sungai Hayls untuk menyerang Cappadcia tetapi
akhirnya mundur ke kerajaan sendiri di Sardis setelah pertempuran sengit
Pteria. Croesus kemudian membubarkan pasukan tetapi Cyrus mengikutinya
dan mengepung Sardis, akhirnya kerajaan Sardis dijatuhkan.
Ramalan Phytia dari
Oracle Delphi akhirnya jelas, Croesus memang menghancurkan sebuah
kerajaan besar, tetapi kerajaan miliknya sendiri. Raja Croesus tidak
memahami ramalan yang diberikan, dia terburu-buru dan menganggap bahwa
suatu saat kekuasaannya semakin besar. Tetapi tidak semua ramalan bisa
membawa impian yang diharapkan, contoh kasus Croesus adalah salah satu
ramalan yang tidak dipahami dengan benar.
Kasus lain juga pernah terjadi pada Kaisar Nero pada tahun 54 M, dimana dia membunuh ibunya kemudian pergi ke Yunani. Ketika Nero mengunjungi Oracle di Delphi, Phytia berteriak marah kepada Nero dan mengatakan bahwa kehadiran Nero membuat Tuhan murka, seorang pembunuh ibu, angka 73 akan menandai kejatuhan kekuasaan Nero. Akibat ucapan Phytia, Kaisar Nero marah dan mengubur hidup-hidup Phytia di gua suci bersama dengan mayat para imam setelah tangan dan kakinya dipotong.
Pada awalnya, Nero berpikir bahwa angka 73 terkait dengan usia yang pada
waktu itu dia masih berusia 30 tahun sehingga tidak terlalu
mengkhawatikan ramalan itu. Tetapi sebenarnya angka itu terkait dengan
Galba yang berusia 73 tahun ketika Nero berhasil di puncak
pemerintahannya pada tahun 68 M.
Begitu pula dengan Kaisar Hadrian, sebelum dia menjadi kaisar Romawi
pernah mengunjungi Oracle Delphi dan minum air mancur suci dari
Kassotis. Secara tidak langsung, dia belajar langsung dari takdirnya.
Dan setelah Hadrian mencapai tahta kekuasaan Romawi, dia memerintahkan
air mancur disumbat untuk mencegah orang lain mendapatkan ide yang sama.
Pada masa kekuasaan kaisar Julian, penyumbatan air mancur mulai dibuka
kembali karena dia meyakini bahwa air tersebut ditujukan untuk semua
orang. Dia mengatakan bahwa Oracle, dimana sebagian besar peradaban
telah mengunjungi dan mengungkapkan kehendak para dewa dibidang politik
dan agama, mereka mengatur kebijaksaan melalui saran yang disampaikan
secara misterius. Oracle di Delphi diperkirakan bertahab hingga tahun
390 Masehi ketika kaisar Theodosius menutup kuil itu, kemudian era
selanjutnya yang dipimpin Arcadius menghancurkan Oracle Delphi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar