2014
Hutan Amazon masih terkenal dengan hutan hujan yang sangat lebat hingga
kini, tidak hanya sebagai hutan tetapi juga menyimpan misteri peradaban Amazon kuno
tersembunyi di dalamnya. Beberapa tahun terakhir, para arkeolog telah
menemukan bukti adanya kota sebelum kedatangan Colombus di benua
Amerika. Luas peradaban Amazon masih tetap diperdebatkan, bagaimana kota
itu dan di perkirakan tertutupi hutan hujan seluas 6 juta kilometer
persegi, diyakini berada di tanah Terra Preta.
Tetapi kini para ilmuwan dan arkeolog telah membuat model prediksi
dimana dengan sistem tersebut akan mampu mencari tanda-tanda pertanian Terra Preta pra-Colombus.
Pengujian ini terus berlangsung di sepanjang sungai Amazon dan hutan
hujan sekitarnya. Ilmuwan dan arkeolog berharap bahwa alat ini nantinya
bisa memandu pencarian peradaban Amazon di masa mendatang.
Terra Preta, Tanah Subur Peradaban Amazon
Pencarian peradaban Amazon sampai saat ini masih dalam
pengembangan karena sulit melakukan penggalian besar-besaran ditengah
hutan hujan tropis. Hutan Amazon dikenal memiliki kekayaan hayati
sehingga arkeolog meyakini bahwa disana terdapat pertanian besar untuk
mendukung kebutuhan kota. Pencarian dimulai dari artefak besar dan jalan
kuno, hal ini tentunya mengisyaratkan kepadatan penduduk dan populasi
yang pernah ada di Amazon. Arkeolog menyebut tanah subur ini sebagai Terra Preta, tanah subur peradaban yang hilang pra-Colombus.
Terra Preta diartikan sebagai 'tanah hitam', tanah yang dihuni
manusia diperkaya kandungan nutrisi dua hingga tiga kali lebih subur
daripada tanah sekitarnya. Dengan kata lain tanah itu merupakan wilayah
paling dominan di peradaban Amazon. Meskipun tidak ada defenisi
khusus untuk mengidentifikasi keberadaan Terra Preta, tetapi diduga
tanah lebih gelap dari tanah Amazon lain dan memiliki komposisi arang.
Terra preta merupakan jenis tanah yang sangat gelap, tanah subur
antropogenik yang bisa ditemukan di Basin Amazon (daerah cekungan).
Tanah ini terdiri dari campuran arang yang sangat tinggi, tulang,
nitrogen, sisa tanaman, ikan dan hewan, serta pupuk kandang. Terra Preta
diciptakan manusia antara tahun 450 SM hingga tahun 950 Masehi. Selam
ribuan tahun setelah penciptaan tanah, diduga meregenerasi pada tingkat 1
centimeter pertahun dilakukan oleh petani lokal di cekungan Amazon,
mereka menjual kompos berharga.
Analisis lokasi dan data lingkungan dari hampir 1000 situs tanah yang
ditemukan, kemudian membandingkannya dengan informasi survey tanah
hasilnya justru menyatakan 'tidak ada Terra Preta'. Ilmuwan dan arkeolog
menyimpulkan bahwa peradaban Amazon paling mungkin ditemukan di Amazon
Tengah dan Timur pada tebing yang menghadap ke sungai mendekati Samudera
Atlantik. Dugaan ini menegaskan, Terra Preta tidak ada di bagian Barat
dimana limpasan dari gunung Andes cenderung menambah nutrisi tanah di
wilayah dataran tinggi seperti Llanos de Moxos, Bolivia.
Dengan menganalisis kondisi lingkungan terkait Terra Preta yang sama sekali belum ditemukan, arkeolog menduga kemungkinan tanah seluas sekitar 154,063 kilometer persegi merupakan pertanian peradaban yang hilang. Mereka menduga Terra Preta berada di wilayah itu, sebuah lahan di peradaban Amazon yang hilang era pra-Colombus.
Peralatan ini tidak hanya menampilkan pemodelan lokasi, tetapi juga
memungkinkan pemodelan pemukiman manusia yang hidup di peradaban Amazon.
Sehingga titik tersebut akan menjadi awal dalam penggalian di masa
mendatang. Menurut Michael Heckenberger, arkeolog dari University of Florida, petani Terra Preta merupakan koloni bebas tetapi bukan berarti tidak ada tanah Terra Preta diwilayah
yang terduga. Mereka tidak menetap, budaya disesuaikan dengan
lingkungan yang berbeda sehingga tidak selalu menyuburkan tanah untuk
mendukung populasi besar.
Kehancuran Peradaban Amazon
Dalam catatan sejarah, penjelajah Spanyol pada abad ke-16 (Francisco de Orellana)
pernah menjelajah sungai Amazon. Dikatakan daerah padat ratusan
kilometer di sepanjang sungai menunjukkan tingkat populasi melebihi dari
saat ini. Peradaban Amazon tidak
meninggalkan monumen abadi karena mereka menggunakan kayu lokal sebagai
bahan konstruksi yang akhirnya membusuk di iklim lembab. Alasannya
karena tidak ada batu atau sedikit mineral untuk membuat monumen
sehingga kayu menjadi prioritas.
Keturunan semi-nomaden memiliki perbedaan aneh antara masyarakat suku
asli namun tidak memiliki tempat tinggal, aristokrasi, anomali sejarah
masyarakat tidak menetap dan budaya agraris. Hal ini menunjukkan bahwa
dahulu mereka lebih mapan dan agraria tetap menjadi nomaden setelah
runtuhnya demografis sejak abad ke-16 dan ke-17 Masehi.
Peradaban Amazon diperkirakan hancur karena penyebaran penyakit Eropa
yang dibawa penjelajah benua baru, seperti penyakit cacar. Selama 350
tahun setelah kedatangan Eropa olehVicente Yanez Pinzon, Portugis mulai mengumpulkan makanan dan lanskap pertanian yang ditempati oleh orang-orang yang selamat dari wabah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar