2014
Dalam sejarah, kota Mahendraparvata didirikan oleh Raja Jayavarman II pada
tahun 802 M. Reruntuhan kota ini kemudian ditemukan pada tahun 2013,
terletak di dataran tinggi Phnom Kulen sekitar 40 kilometer sebelah
utara kompleks Angkor Wat, Kamboja. Sebuah studi baru-baru ini
menerbitkan hasil penelitian dimana arkeolog telah menemukan lahan
intensif 400 tahun lalu di sekitar kota kuno Mahendraparvata, Kamboja.
Tidak begitu banyak catatan sejarah yang menggambarkan kota Mahendraparvata,
sebuah kota kuno yang berdiri di dekat Angkor Wat, Kamboja. Sejarah
kota Mahendraparvata hanya bisa ditemukan berdasarkan beberapa prasasti
yang ditemukan, salah satu prasasti yang paling dikenal berasal dari
abad ke-11 Masehi.
Menurut arkeolog, prasasti ini ditulis tahun 1052 yang menceritakan
tentang sebuah keluarga yang melayani Kekaisaran Khmer selama kurun
waktu 250 tahun. Raja Jayavarman II disebutkan telah menjadi pemimpin
dan pendiri pertama Kekaisaran Khmer tahun 802 Masehi dan terus
berlangsung turun menurun, diteruskan oleh Raja Amarendrapura dan
Hariharalaya.
Situs Kota Mahendraparvata Tertutup Hutan
Bentuk kota Mahendraparvata masih kurang dipahami meskipun monumen dan
situs gua serta waduk di Phnom Kulen telah berhasil ditemukan. Seperti pencarian peradaban Amazon, tentunya hutan yang luas menjadi salah satu penghambat gambaran kota kuno yang hilang di Kamboja.
Tim arkeolog menduga bahwa Phnom Kulen merupakan bagian dari sejarah panjang yang terkait dengan Mahendraparvata dan komplek Angkor Wat. Sampai saat ini, wilayah Phnom Kulen masih dipenuhi hutan lebat meskipun sejarah penggunaan lahan sebelumnya sudah diketahui.
Sejarah dan geografis paling utama terlihat di dataran tinggi Phnom Kulen yang menjadi sumber air dan mendukung Angkor Wat. Dr Dan Peny dari
Universitas Sidney telah memeriksa inti tanah dan sampel vegetasi dari
salah satu waduk di wilayah Phnom Kulen. Hal ini semata-mata untuk
mendapatkan bukti penggunaan lahan intensif selama pendudukan dan
setelah masa kejayaan kota Mahendraparvata.
Landskap arkeologi Phnom Kulen mencakup waduk yang menjadi sumber air
terbesar di wilayah Khmer. Peneliti setidaknya telah menemukan lima
waduk berdasarkan survey tanah dan banyak situs serupa memiliki
karakteristik berbeda, atau mungkin juga memiliki fungsi berbeda. Yang
terpenting bagi Kekaisaran Khmer adalah waduk yang berbentuk tanggul
tanah, tetapi masih belum jelas dimana pintu airnya. Tanggul ini
digunakan sebagai perangkat penahan banjir dan penyimpanan air pertanian
dengan kapasitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pendudukkota Mahendraparvata.
Data yang diperoleh berupa informasi arkeologis tentang penggunaan lahan
di daerah tersebut. Menurut tim arkeolog, dataran tinggi Phnom Kulen
dipenuhi penduduk sekitar pertengahan hingga akhir abad ke-8 Masehi.
Sampel tanah dan vegetasi menunjukkan bahwa waduk sudah beroperasi
selama 400 tahun lebih dan pemukiman dianggap cukup intensif untuk
memicu erosi tanah. Erosi tanah mungkin saja terjadi dalam rentang waktu
250 tahun yang dimulai sejak pertengahan abad ke-9.
Bukti yang menggambarkan akhir kependudukan kota Mahendraparvata terlihat
pada erosi tanah yang terjadi pada akhir abad ke-11. Situasi tersebut
menceritakan perubahan besar dalam pengoperasian waduk serta manajemen
pengairan, di tandai dengan adanya timbunan pasir. Perubahan pengelolaan
air di abad ke-12 mengindikasikan bahwa pemukiman di kota
Mahendraparvata tidak hanya luas tetapi juga intensif dan disertai
dampak lingkungan.
Apapun penyebab spesifik timbunan pasir di wilayah hutan Phnom Kulen
menunjukkan bahwa penggunaan lahan sangat luas yang mungkin saja
menyebabkan pembukaan hutan primer. Penyelesaian yang dilakukan penduduk
kota Mahendraparvata cukup signifikan dan memicu perluasan lahan selama
sekitar 250 tahun sejak abad ke-9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar